Selasa, 22 Februari 2011

Renungan Matius 13. Perumpamaan

 Di pasal 13 ini Yesus mengajar tentang kerajaan surga lewat perumpamaan. Apa itu perumpamaan. Dalam alkitab bahasa inggris kata perumpamaan adalah parable atau dari asal kata ibrani parabole yang defenisinya adalah sbb (www.sabda.org):
- penempatan suatu hal/benda pada sisi benda yang lain (seperti kapal2 dalam satu armada)
- dimetaforakan sebagai suatu perbandingan, untuk membandingkan satu hal/benda dengan lainnya, mencari kesamaan atau kemiripan.
- satu contoh untuk memberikan ilustrasi atas suatu doktrin/ajaran
- suatu narasi (cerita/uraian), fiksi namun  sesuai dengan hukum atau norma kehidupan dalam kaitan dengan pekerjaan manusia atau hal2 surgawi seperti sifat Allah atau sejarah kerajaan Allah.
-  suatu cerita rakyat dengan makna surgawi di dalamnya
- suatu amsal
- suatu tindakan dimana seseorang menghadapkan dirinya atau miliknya pada bahaya, petualangan atau resiko.

Ayat 3 "Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur." Disini Yesus mulai mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan. Latar belakang Yesus memberikan perumpamaan ada di ayat 10 ketika murid2Nya juga menanyakan hal yang sama. Yesus menjawab :"Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak."(Ayat 11). Dari jawaban Yesus ini maka kita dapat memahami dalam benak Yesus bahwa sebagian besar orang tidak tahu atau tidak akan tahu tentang rahasia Kerajaan Sorga. Artinya yang Yesus tekankan adalah rahasia (mysteries) atau bahasa ibraninya musterion yang artinya hidden thing atau hal-hal yang tersembunyi. Memang secara nalar sesuatu maksud yang tersirat sulit ditangkap ketika berkomunikasi. Kita ingat ketika pa Harto masih sebagai presiden RI para menteri atau bawahannya harus bisa menangkap maksud tersurat dan tersirat dari setiap perkataannya agar bisa 'survive'. Memaknai hal yang tersirat sangat dipengaruhi faktor budaya. Mengingat pa Harto dari budaya jawa, banyak orang yang belajar budaya jawa untuk mencoba memaknai apa yang ada di dalam hati beliau.

Kembali kepada cara Yesus berkomunikasi kepada orang Yahudi, tentu mereka satu budaya, namun Yesus melihat bahwa faktor utama sehingga orang Yahudi tidak dapat memaknai rahasia kerajaan surga adalah karena kekerasan hati mereka seperti yang Yesus sampaikan di ayat 13 "Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti."

Kekerasan hati dapat membutakan dan menulikan kebenaran atau pandangan lain pada seseorang. Kekerasan hati berbeda dengan keteguhan hati. Kita sebagai orang yang beriman harus teguh dalam memelihara iman kita, namun kalau hati yang keras cenderung fanatisme buta, tidak bisa melihat konteks dari kebenaran, tidak dapat menyesuaikan diri dengan suatu keadaan tanpa harus mengorbankan iman, tapi malah dapat mengoptimalkan iman tersebut. Suatu contoh sebagai murid Kristus kita dapat memaknai berilah makanan kami yang secukupnya dengan pemahaman punya uang hari ini harus dihabiskan hari ini, besok nggak usah dipikirkan. Tapi dengan iman yang sama kita dapat memaknai itu bukan soal menabung atau tidak( menabung itu perlu) tapi bisa kita pahami dengan arti tidak serakah, setia namun tetap berbagi.

Berapa kali kita membaca sikap Yesus yang dengan keras tentang kekerasan hati bangsa Yahudi. Di pasal-pasal sebelumnya bagaimana Yesus berusaha dengan cara baik maupun keras menegur mereka yang tidak mau membuka mata hati mereka atas pengajaran Yesus atau membuka mata telanjang mereka atas pekerjaan dan kuasa yang dipertunjukkan Yesus ketika melakukan mujizat.

Harapan Yesus lewat perumpamaan mereka bisa lebih mudah memahami karena budaya mereka sama. Cerita perumpamaan yang Yesus sampaikan pun tentang kehidupan sehari-hari rakyat Yahudi misalnya tentang penabur, tentang kebun anggur, tentang biji sawi. Ini sesuai dengan defenisi 'parable' diatas yang mencari suatu pembanding yang mirip tapi dengan latar belakang cerita kehidupan rakyat disana sehari-hari. Seharusnya makin mudah namun kenyataannya tidak.

Bagi kita yang sudah ada dalam jaman anugerah keselamatan, tentu lebih mudah memaknai perumpaan Yesus tersebut. Kita telah menerima Dia sebagi juruselamat kita. Sekarang tinggal bagaimana kita dapat mengerjakan dan memelihara perumpamaan yang diberikan itu dalam hidup kita. Belajar pengetahuan dari perumpamaan namun lebih dari itu menerima, meyakininya dan menerapkan nya dalam hidup sehari-hari.

Minggu, 20 Februari 2011

Renungan Matius 12. Keluarga dalam Kristus

Renungan dari Matius 12 diakhiri dengan pernyataan Yesus akan siapa sebenarnya keluarga Kristus. Ayat 50, Yesus berkata "Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." Perkataan ini Yesus sampaikan karena seseorang memberitahu kepada Yesus akan datangnya ibu dan saudara-saudara Yesus pada saat Yesus sedang sibuk melayani. Begitu sibuknya sampai ibu dan saudara-saudaraNya tidak bisa mendekati Yesus (47). Ada seotrang yang tahu bahwa mereka adalah anggota keluarga Yesus dan berusaha membantu mendekatkan mereka kepada Yesus.
Pemahaman keluarga secara normal jelas berhubungan dengan ikatan darah. Namun disini Yesus memberi pemahaman baru tentang arti keluarga. Selain keluarga karena ada ikatan darah, maka keluarga pun dapat dipahami sebagai suatu kelompok yang saling memperhatikan dan anggotanya mempunyai peran masing-masig untuk hidup,bertumbuh dan dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama. Didalamnya ada kerukunan, persatuan, persekutuan, kenyamanan, ketenteraman dan sukacita. Yesus memandang hubungan Dia dengan murid-muridNya sebagai suatu keluarga. Secara lantang Yesus sampaikan kepada orang banyak. Mungkin murid-muridNya pun kaget dengan pernyataan itu. Namun apa yang Yesus sampaikan itu adalah kebenaran. Selain fungsi keluarga seperti yang telah disampaikan diatas, Yesus menambahkan satu aspek penting dalam menjadi anggota KeluargaNya yakni melakukan kehendak Bapa sama seperti yang Ia lakukan bersama murid-murid Nya. Melakukan kehendak Bapa merupakan prioritas bagi semua anggota keluarga Kristus. Karena dari sanalah tersimpan damai sejahtera, kasih, kerukunan, ketenteraman, sukacita, kesatuan dan kejelasa fungsi masing-masing anggota keluarga. Bila diantara anggota keluarga ada konflik dan berakhir dengan perpecahan, maka harus ditinjau kembali apakah keluarga tersebut sudah mendasari. Karakter keluarga Kristus. Menjadi keluarga Kristus berarti Yesus mengaku dihadapan siapa saja bahkan dihadapan BapaNya siapa saudara-saudaraNya itu. Sederhana bukan. Pemahaman melakukan kehendak Bapa disini bukan karena terpaksa tapi penuh kesenangan dan menjadikan segala sesuatu ringan.

Kamis, 17 Februari 2011

Matius 12. Dosa tak terampuni.

Matius 12:31,32 demikian "Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak." Tegas dan jelas Yesus menyatakan dosa yang tidak dapat diampuni kapanpun dan dimanapun adalah menghujat Roh Kudus. Mari kita lihat konteksnya kenapa Yesus menyatak demikian. Dibagian awal matius 12 Yesus membela murid-murid karena makan gandum dihari sabat. Demikian juga Yesus melakukan mujizat dihari sabat yakni ayat 13 Yesus menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya. Yesus melihat reaksi negatif (perlawanan) dari sekelompok orang karena pekerjaan Yesus dan murid2Nya. Ini terlihat diayat 10 dan 11 sehingga Yesus menjelaskan bukankah lebih baik dan penting menolong orang segera sekalipun itu harus dilakukan hari sabat. Perhatikan sikap Yesus yang mengutamakan menyelesaikan suatu masalah ketika masalah itu cukup penting untuk diselesaikan segera. Berdoa atau berpuasa penting namun berbuat saat-saat urgent/mendesak juga diutamakan Yesus. Yesus selalu menunjukkan ukuran keberhasilan adalah pekerjaan dan buahnya (ayat 33).

Yesus melihat hati yang melawan pekerjaanNya didalam diri orang-orang terutama Farisi. Bukannya orang farisi tersebut berdiskusi dan belajar tentang kuasa yang ditunjukkan oleh Yesus, malah menghukum dengan mengatakan bahwa kuasa dalam Yesus adalah kuasa setan (ayat 24) karena Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan (ayat 22). Sikap menihilkan atau melawan atas pekerjaan Yesus yang diperlihatkan oleh farisi adalah menghujat, bahasa inggrisnya blasphemy yang definsinya adalah slander, detraction, speech injurious, to another's good name/divine majesty. Slander artinya selalu(persisten) menyalahkan tindakan seseorang, selalu dibalik-dibalik. Sifat ini sudah menjadi karakter yang awalnya mungkin tidak serius namun karena setiap waktu terus dilakukan akahirnya menjadi karakter. Yesus adalah Tuhan yang maha mengampuni. Kita tahu sikpa Yesus yang mengatakan kepada petrus agar mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali, artinya tidak berhenti, terus menerus. Juga Yesus mengampuni wanita asusila, zakeus pemungut cukai dan banyak ajarannya selalu tentang mengampuni. Yesus menyadari bahwa manusia berbuat dosa dan salah dimata Tuhan adalah wujut kemanusiaan yang gagal dan terbatas sehingga Allah perlu turun tangan untuk meraih dan menyelamatkannya. Itu tujuan Allah dalam Yesus. Jadi mengampuni adalah pekerjaan dan sifat Allah utama. Namun Allah tahu selain kebaikan yang Allah taburkan didunia ini ada pekerjaan jahat yang mengembara dan berusaha menggagalkan pekerjaanNya. Ini klasik bukan. Selalu menyalahkan, selalu mencari kesalahan, tidak mau belajar, itu yang Yesus lihat dalam diri farisi terutama di matius 12 ini. Roh kudus adalah Roh Allah sendiri dan semua pekerjaan Yesus selama hidupNya adalah pekerjaan Roh Kudus seperti menyembuhkan, membangkitkan, mengajar, menuntun, mengusir setan, dll. Yesus sebagai anak manusia berbeda dengan Roh Kudus ketika melihatnya dari cara berpakaian, bagaimana makan, tidur, berrelasi dengan murid2Nya dan sesama dll. Kalau bagian ini Yesus harus disalahkan, ini bisa diterima dan diampuni kalau salah menilai atau menghujat. Tapi kalau yang disalahkan adalah pekerjaan roh kudus dalam Yesus, maka ini sama sekali tidak bisa diampuni.
Roh kudus ada dan tinggal dalam diri kita. Dia sebagai penolong dalam hidup kita. Mengabaikan Dia dan fungsinya dalam hidup kita juga merupakan bagian tidak menghormati Dia dan tentunya akan berakibat kesana. Saya tidak mau menafsirkan ini menjadi hal yang buruk tapi saya mengajak kita semua belajar mengandalkan Roh Kudus menjadi penolong kita yang sungguh.

Minggu, 13 Februari 2011

Renungan Matius 12. Benar dan Salah

Siapa yang bisa menentukan benar dan salah? Manusia dari kodratnya punya hasrat untuk membenarkan dan menyalahkan. Yang marak akhir-akhir ini misalnya aliran agama yang tidak sesuai dengan agama utamanya di cap sesat dan tidak layak menggunakan nama agama utamanya. Kita semua cenderung memberi nilai benar dan salah, karena itu adalah nilai yang akan kita pakai meneruskan hidup di dunia. Kalau kita katakan benar maka akan kita jalankan, kalau kita nilai salah maka akan kita hindarkan. Hidup ini begitu kan, karena manusia sendiri yang menentukan jalan hidupnya. Nah bagaimana supaya kita belajar menilai lebih kehati soal kebenaran dan kesalahan, mari kita baca matius 12:1-8. Ayat 1 menceritakan pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum dan karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Sederhana kegiatan ini tapi dampaknya luas. Sabat adalah hari istirahat, ada banyak larangan di hari sabat. Sebagai contoh ada 39 larangan bekerja pada hari sabat yang ditetapkan oleh para Rabi Yahudi di kitab Talmud(http://www.religionfacts.com/judaism/holidays/shabbat.htm). Jenis kerja misalnya memasak, mencuci pakaian, membangun, memperbaiki, menulis, menyalakan api, memotong, memancing,  dll termasuk berpindah(naik mobil), panjat pohon. Kalau kita lihat yang pertama/dasar untuk menilai suatu hal benar atau salah adalah karena ada rules atau larangan atau perintah. Ini adalah nilai dasar yang dibuat oleh manusia, kelompok manusia. Sehingga bagi yang melanggar nilai tersebut adalah dinyatakan salah dan bila dilaksanakan maka dinyatakan benar.
Apa sikap murid-murid Yesus ketika lapar pada hari sabat. Mereka memetik bulir gandum dan memakannya. Apakah salah? Salah menurut orang Yahudi(aturan hari sabat). Kalau anak kita melanggar perintah kita, apa sikap kita. Sama seperti orang Yahudi menyatakan bahwa itu salah. Yesus juga menyadari bahwa apa yang dilakukan murid-muridnya adalah melanggar aturan sabat tapi dengan tegas Yesus menyatakan bahwa mereka tidak bersalah. Hmmm tentunya kita akan mencampuri diskusi itu dan berkata kepada Yesus, ntar dulu biar pengadilan yang menetapkan salah atau benar. Setiap orang bisa menafsirkan berbeda akan sikap Yesus ini. Kita tinggalkan dulu soal salah benar murid Yesus yang melanggar sabat. Kita baca ayat 3-6. Yesus sadar bahwa Dia dan murid-muridNya akan diserang oleh Yahudi lainnya. Itu sebabnya Dia benar-benar tahu bagaimana menyiapkan dasar-dasar atau nilai penting untuk melengkapi nilai benar atau salah yang terkait dengan pelanggaran aturan. Apa itu?  Nilai belas kasihan dan nilai pengetahuan. Saya uraikan dulu soal nilai pengetahuan atau knowledge. Nilai ini sangat penting karena apa yang membentuk nilai peraturan adalah nilai pengetahuan. Pengetahuan ini tidak statis tapi dinamis, kontekstual, wisdom, komunal, berubah dengan perjalan sejarah. Sejak aturan sabat dibuat Yesus mempelajari(menambah pengetahuan) adanya beberapa kejadian sebagai preseden tentang pelanggaran di hari sabat karena terpaksa. Daud dan pengikutnya kelaparan dan makan di hari sabat (ayat3,4) juga para imam melanggar sabat tapi tidak bersalah(5). Yesus memiliki pengetahuan ini untuk memberi pandangan dan meruntuhkan tembok kekakuan (fundamentalis) dari orang-orang yang picik yang berprinsip pokoknya harus begini/begitu. Orang-orang ini sebanarnya tidak tahu lengkap aturan karena tidak/kurang berpengatahuan. Bayangkan kalau orang-orang seperti ini yang diberi wewenang mengawal aturan. Terjadi otoritanisme. Nilai kedua yang dibawa oleh Yesus adalah belas kasihan. Nilai ini merupakan primus dari ajaran Yesus, pengampunan dan keselamatan bagi isi dunia ini. Pengampunan tidak dikenal dalam pengadilan manusia apalagi pengampunan yang membebaskan seseorang dari segala pelanggarannya. Dalam dunia maskulinitas (sebab dan akibat) keberadaan Yesus yang lebih feminitas tidak diakui dan diterima. Feminitas Yesus adalah karena (anugrah)- maka(diampuni). Salah dan benar membuat dunia ini guncang karena peperangan, konflik antar agama, kehancuran keluarga, dendam dll. 
Maka kedua nilai yang disampaikan Yesus yakni pengetahuan dan belas kasihan menjadi pembungkus dari nilai aturan(ayat 6-8). Belajar lah terus tapi tidak menjadi sombong dan giatkan terus dalam hati sifat belas kasihan.

Selasa, 08 Februari 2011

Renungan Matius 11. Keraguan menjadi Kepastian

Matius 11:28. Kita kenal betul dengan ayat-ayat ini. Marilah kepadaKu, semua yang letih dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Ayat ini dikenal sebagai ajakan untuk melepaskan penat dan beban untuk istirahat dipangkuan Yesus. Mari kita lihat apa yg membuat Yesus mengeluarkan pernyataan ini. Ini dimulai dari 'tuduhan' Yohanes dan murid-muridnya akan eksistensi Yesus sebagai juruselamat bangsa Israel. 
Ada sedikit kekecewaan dalam hati Yesus dan ini bukan hanya ditujukan pada Yohanes tapi perasaan galau bahwa orang2 yang ada disekitar, yang mendengar diskusi Yesus dan murid_murid Yohanes akan goyah semangat mereka untuk masuk dalam karya keselamatan. Sebelum mengungkapkan perkataan ini, Yesus melihat bahwa bagi orang pintar sulit untuk menerima nilai-nilai kerajaan Allah, sebaliknya hal itu mudah bagi orang kecil. Dan Yesus bersyukur karena kemisteriusan ajakan illahi ini, yang mudah tapi sulit diterima oleh sebagian orang. Yesus menegaskan untuk mampu memahami siapa Yesus adalah dengan mengenal Yesus  sendiri supaya kita bisa mengenal Allah,  dan juga atas ijin perkenan Yesus sendiri(ayat 27). Satu sisi Yesus ingin supaya semua orang bisa mengenal dan menerima Dia, tapi disisi lain keputusan seseorang berkenan menerima dan mengenal Yesus adalah atas otoritas Yesus.  Secara murah kita dapat mengenal Yesus lewat firman yang dibaca, melihat kesaksian dan mujizat atas pekerjaan kuasa Allah( datang KKR kan murah), tapi ini menjadi mahal karena hanya Yesus yg bisa memberikan kepada kita hak untuk menerima Dia. Yang dimaksud dengan mahal adalah sikap takut akan Tuhan, datang dengan hancur hati, mengaku segala dosa, hormat dan memuliakan Dia, mempercayai semua aspek kehidupan kita hanya kepada Yesus. Ini mahal karena ada pain yg harus dialami melawan keinginan duniawi, ada pengorbanan, pikul salib dan mau menderita. Keberkenaan Tuhan Yesus adalah suatu proses dan ini mahal. Yesus berkata Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Kesannya murah bukan, tapi dengan apa? Dengan memikul kuk yang Kupasang dan belajar kepadaKu, inilah yang mahal itu. Dan Yesus berjanji kuk itu tidak berat asal kita senang menerima dan memikulnya. Semua penderitaan dan pergumulan dan kerja keras kita dapat dengan tenang dan enjoy kita jalani kalau kita minta Yesus yg menaruh semuanya di bahu kita dan kita minta waktu untuk belajar kepadaNya.

Senin, 07 Februari 2011

Renungan Matius 11. Alasan untuk tidak kecewa

Apakah pernah mengalami tidak dipercaya orang atau keluarga. Kesal dan marah mungkin timbul dalam pikiran kita, apalagi kita merasa kita sudah melakukan yang terbaik. Tuhan Yesus pernah mengalami diragukan sebagai juruselamat atau kerajaan surga yg sudah datang itu. Yohanes begitu antusias menyambut Yesus sebagai juruselamat yg datang menebus manusia(bangsa israel). Bahkan dia yg menyatakan juruselamat sebagai kerajaan surga yg sedang datang kedunia. 
Namun, setelah dipenjara oleh karena menegur raja Herodes, dia mengalami keraguan atas eksistensi Yesus sbg anak Allah. Mengapa demikian, mungkin karena harapan dia dan kelompoknya bahwa Kerajaan surga yg dimaksud adalah untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan romawi. Alasan ini rasanya tidak lengkap karena bagi seorang Yohanes yg menyaksikan kuasa dan hadirat Allah ketika Yesus selesai dibaptis, lebih melihat pekerjaan Allah untuk menjadikan kerajaan Allah sebagai sesuatu yg spiritual daripada duniawi. Yohanes juga tidak menyukai hidup duniawi dengan tinggal di padang gurun dan memakan belalang sebagai makanannya. Pengaruh karena dipenjara serta informasi yg tidak lengkap tentang kehidupan Yesus dan kelompoknya, dapat membuat Yohanes sbg manusia terbatas bisa misjudgment. Bagaimana sikap? Yesus Matius 11:7 berkata setelah murid2 Yohanes meninggalkan Yesus maka Yesus pun menegaskan siapa diriNya dan siapa Yohanes. Ini harus dilakukannya karena Dia pun melihat keragu-raguan yg timbul dalam hati setiap orang yang ada disekitarNya ketika dialog murid2 Yohanes dan Yesus (ayat2-6). Sikap Yesus pertama adalah menjelaskan siapa Yohanes. Yesus menegaskan kembali bahwa Yohanes benar org yg diutus Allah mempersiapkan jalan bagi keselamatan dunia. Bahkan yohanes ditegaskan sebagai lebih daripada nabi(9) dan yg terbesar dari semua yg diahirkan didunia(11), sekalipun disurga itu tidak dianggap. Ini penting ditegaskan Yesus supaya orang disekitarnya tetap percaya bhw Yohanes adalah 'penjelmaan dari Elia'(14) dan sbg utusan pendahulu juruselamat yang datang kedunia. Karena dengan demikian Yesus yg dipersiapkan oleh yohanes akan kedatangannya menjadi kebenaran yg dipercayai juga. Sikap Yesus yang kedua adalah menegur mereka untuk tetap jangan goyah karena Dia sadar bahwa ada kerajaan bukan surga yg berusaha menyerongkan orang agar tidak percaya akan kerajaan sorga. Ini dinyatakan diayat 12. Pengertian diserongkan ini adalah suffer violance (sabda.org), mengalami kekacauan. Jadi kita bisa melihat bahwa secara diam2 ada kuasa lain yg berusaha mengalihkan manusia tidak masuk dlm kerajaan surga dengan menimbulkan kekacauan diantara manusia lewat sistim, organisasi, mekanisasi. Kelihatan oleh kasat mata damai, aman, tenteram karena teratur, tapi sebenarnya kekacauan terjadi. Mengapa? Kita bisa melihat timbul perpecahan, organisasi gereja baru, saling menyalahkan denan dalih kebenaran. Kenapa dikatakan ini muncul setelah Yohanes pembaptis? Karena Yohanes pembaptislah yang menggemakan kata kerajaan surga sudah dekat. Pengertian kerajaan kan sbg suatu organisasi, suatu sistim, suatu mekanisme yg bisa diterjemahkan kearah ketertiban, namun semuanya dilihat secara dunia. Itu sebabnya di ayat 7 dan 8 dimana Yesus memperhatikan respon orang mencari kerajaan surga dengan mengukurnya secara duniawi yakni tempat tinggal, pakaian, makanan, simbol2, Yesus menegur mereka dengan keras di ayat 15, siapa bertelinga hendaklah ia mendengar dan ayat 17-20 yg menyindir mereka sebagai banyak ngomong tapi tidak ada action. Ujung2 dari sikap seperti itu adalah tidak ada pertobatan dan tidak masuk kerajaan surga. Siapa yg disalahkan, ada penyesat (yg membuat serong) dan ada pengikut yg ngomong doang. Sikap Yesus yg ketiga adalah menyerang kota (ayat 21-24). Penglihatan Yesus adalah peran kota penting untuk memfasilitasi orang masuk kerajaan surga. Ketika pendudu disitu tidak bertobat walau banyak mujizat maka kota pun menjadi sasaran tembak. Itu makanya perlu doa untuk kota krn kota melambangkan sistim, organisasi, mekanisme dunia yg cenderung menyesatkan orang penduduk utk bergeming dengan pola kerajaan surga yg tentu sangat berbeda. Orang melihat kota sebagai sistim yg membawa ketertiban, keamanan dan kesejahteraan, padahal ujung2nya org tidak dibawa kedalam kuasa surgawi. Sikap Yesus yg keempat adalah belajar dan mengembangkan diri. Yesus mengevaluasi dan menyimpulkan bahwa semakin orang pintar dan bijak semakin dia menjauh dari kerajaan surga (ayat 25). Oleh Yesus sikap menjauhkan diri ini digerakkan oleh Allah sendiri yg menutup hati mereka akan hal-hal yg penting menurut ukuran surga. Kita diajarkan untuk lebih banyak mendengar dari orang kecil krn mereka yg Allah ijinkan untuk mengerti rencana Allah.