Senin, 28 Maret 2011

Renungan. Matius 16. Sikap Positif. Apa selalu?

Bacaan Matius 16:21-24.

21:Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.22:Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.23:Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.24:Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Kita sering diajarkan oleh hamba Tuhan, selalu berpikir positif dan mengarahkan pikiran akan kemenangan dalam menghadapi masalah, karena dikaitkan dengan janti Tuhan seperti rancangan Tuhan memberi damai sejahtera, imanmu akan mengubah hidupmu, dengan iman apa yang kita pikirkan maka itu yang jadi, dan lain-lain. Ada firman Tuhan bahwa kita harus selalu memikirkan yang baik, yang indah yang sedap didengar dan lain-lain.

Petrus menyikapi pernyataan Tuhan Yesus yang disampaikanNya kepada para murid di ayat 21 bahwa Dia akan menderita dan akan mati namun bangkit pada hari ketiga. Sebagai manusia tentunya ketika mendengar bahwa Yesus yang diakui oleh Petrus sebagai mesias, anak Allah yang hidup (ayat 16), Petrus shock dan respons dia "janganlah itu terjadi". Secara sederhana respons petrus sama seperti kita yakni berusaha memikirkan hal yang baik, positif dan sejahtera. Kita harus pikirkan itu dan doakan supaya itu bisa terjadi karena iman kita.

Petrus menyikapinya dengan wajar, namun apakah memang demikian? Sepintas memang sikap Petrus adalah hal yang positif, namun mengapa Tuhan Yesus marah besar dan menegur nya di ayat 23. Tuhan Yesus lebih melihat bahwa sikap Petrus dilandaskan pada ketakutan dan tidak percaya.

Renungan ini mengajarkan kepada kita untuk tidak selalu mengobralkan sikap yang seakan-akan positif, punya iman untuk menolak hal negatif supaya tidak terjadi dalam hidup kita, namun lebih dari pada itu, apakah motivasi itu karena ketakutan semata sehingga ucapan yang seakan positif itu hanya menjadi basa-basi yang keluar dari mulut kita.

Untuk melatih itu, kita diajarkan terus menerus memikul salib dan menyangkal diri. Tidak nikmat dengan nikmat duniawi yang kemudian menjadi takut kalau nikmat duniawi ini dicabut dari hidup kita.

Kamis, 24 Maret 2011

Renungan Matius 16. Gereja yang dimaksud Yesus

Matius 16:18, "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.". Dalam bahasa Inggrisnya jemaat yang dimaksud adalah gereja (Church).

Akhir-akhir ini kita mengalami bagaimana banyak gereja dirusak, dibakar dan dilarang dibangun, sekalipun secara hukum sampai pada putusan tertinggi ijin membangun gereja sudah dikabulkan. Namun karena desakan sekelompok orang yang mengklaim bahwa persetujuan tanda-tangan dari tetangga bangunan gereja tersebut adalah dilakukan secara paksa maka mereka bersikeras bahwa pembangunan dan ibadah tetap tidak boleh dilakukan.

Mari kita lihat gereja yang dibentuk dan dibangun menurut Yesus Kristus. Kepada petrus Yesus berkata di atas batu karang ini Aku akan membangun gerejaKu dan kuasa alam maut tidak akan bisa menaklukkannya. Ini Yesus katakan setelah dengan tulus Petrus mendeklarasikan bahwa Yesus adalah Mesias, "Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"(Ayat 16).

Sederhanya gereja Yesus dibangun berdasarkan pengakuan yang kokoh bahwa semua anggota percaya dan tegas mengatakan Yesus adalah mesias, anak Allah yang hidup. Mesias berarti yang diurapi, hanya satu-satunya pemimpin, raja, dan anak Allah yang hidup. Hidup artinya nyata, selalu hadir, selalu mendengar, dan yang mengambil keputusan dalam kehidupan anggota jemaatNya. "Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung." (Yesaya 42:8). Demikianlah Yesus sebagai anak Allah menyatakan siapa diriNya, dan Dia melihat itu dalam hati Petrus.

Lalu bagaimana kita lihat gereja saat ini. Gereja lebih mengutamakan organisasinya dan sinode/klasis yang mengatur kehidupan jemaat/gerejanya langsung maupun tidak langsung. Jemaat harus tunduk bukan saja pada alkitab tapi pada tata tertib yang dikeluarkan dari gereja lokal sampai pusat. Kita lihat juga organisasi gereja yang begitu solid dari seluruh dunia dan berpusat di roma. Banyak gereja yang mulai kecil menjadi besar, dan karena kebesarannya, maka demi ketertiban dan ketenangan harus diatur dibuat sistim hirarki, pembiayaan dilakukan, renumerasi diterapkan, sistim kinerja berdasarkan prestasi (yang diukur dari jumlah jemaat atau jumlah persembahan) dilegalisasi. Lalu dimana peran Yesus sebagai pemimpin, hmm... sebagaimana lazimnya Beliau ditaruh dipojok, dan akan dipakai kalau diperlukan. Gereja kehilangan semangat Petrus. Semangat Petrus adalah kesederhanaan, kepolosan, langsung, tidak memikirkan apa yang terjadi besok, totally surrender kepada Yesus.

Bagaimana kita menyikapi gereja yang dibakar dan lain-lain. Bagi saya adalah bersukacita, karena itu yang telah disampaikan Yesus kepada jemaatNya. Karang yang dimaksud Yesus adalah bukan hati yang keras seperti karang, tetapi jiwa yang tenang menghadapi gempuran ombak berulang-ulang. Tidak harus bereaksi, tidak harus berteriak dimana keadilan, katanya negara pancasila, dll. Gereja bukanlah gedungnya, gereja adalah jiwa yang bebas merdeka tanpa dibatasi dinding-dinding yang akan mengukir kesombongan, kepuasan, dan denominasi. Ada berapa banyak denominasi di dunia, ribuan bahkan puluhan ribu. Mana nanti yang akan diterima di surga, maaf tidak ada selama Yesus tetap ditaruh dipojok demi kepentingan aturan dan organisasi denominasi tersebut.

Mari kita mulai menjadi jemaat Kristus bukan karena baju denominasi kita, seperti sikap Petrus demikian kita menjadi karang yang akan dibangun Kristus jemaat diatasNya. Jemaat adalah milikNya , tugas kita adalah menggembalakan domba-dombaNya, maka kita disebut mengasihi Yesus.

Kamis, 17 Maret 2011

Renungan. Matius 16. Yang dipikirkan Allah

Kita masuk dibacaan Matius pasal 16, suatu bab yang berisikan banyak dialog manusia (farisi, murid-murid) dengan Yesus (Allah). Klimaks dari dialog itu ada di ayat 23: "Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa yang ada dalam pikirannya adalah apa yang dipikirkan manusia, bukan apa yang dipikirkan Allah.

Apa saja yang dipikirkan manusia dalam matius 16 ini.

Yang pertama ada di ayat 1: "Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka." Pikiran pertama adalah mau menguji kehebatan Yesus dalam bentuk tanda sorga. Salah nggak untuk meminta tanda sorga kepada Yesus? Tidak salah, namun yang salah adalah motivasi atau apa yang ada dalam pikiran mereka. Tanda yang mereka minta bukan untuk membuat mereka berubah atau percaya. Motivasi adalah hanya ingin tahu dan kemudian selesai, kalau perlu dikritik lagi bahwa tanda itu berasal dari iblis (lihat renungan sebelumnya).

Pikiran yang kedua ada di ayat 7 dan 8: "Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak membawa roti." Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya!"
Murid-murid berpikir bahwa maksud Yesus dengan berkata "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki"(ayat 6) adalah karena mereka lupa membawa roti. Miskomunikasi.
Yesus kesal? Ya rada-rada kesal. Dalam pikiran Yesus selalu tentang pekerjaan Allah menyelematkan dunia, dalam pikiran murid selalu kepentingan dan kebutuhan mereka saja. Apakah wajar murid-murid berpikiran begitu, saya pikir wajar. Sama seperti kita yang juga sibuk memikirkan diri, kebutuhan dan kepentingan kita di dunia. Namun apa yang wajar bagi kita ini tidak pas seperti apa yang dipikirkan Tuhan Yesus. Ketika Yesus mengatakan 'Hai kamu orang yang tidak percaya' maka makin bingung para murid. Mengapa kita disebut orang yang tidak percaya sedang kita hanya mikir bahwa mungkin maksud Guru karena kita lupa bawa bekal.

Pikiran yang ketiga ada di ayat 13: "Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?". Yesus ingin mengetahui dalam pikiran murid-murid tentang siapa diriNya. Sebagai guru wajar bagiNya mengetahui seberapa tahu mereka tentang siapa itu guru mereka. Kali ini pikiran Petrus sama seperti yang diinginkan Tuhan Yesus seperti dijawabnya di ayat 16 :"Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!". Apa respons Yesus, senang luar biasa sehinga Tuhan membuat komitmen/janji kepada Petrus di ayat 17,18: "Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya."
Inilah janji Tuhan yang telah digenapi dengan tumbuhnya gereja diseluruh dunia yang dimulai dari gereja santo petrus.
Kita perhatikan bahwa ketika Petrus menjawa sesuai pikiran Allah, maka jawaban itupun keluar atas perintah dan seijin Bapa di surga.

Pikiran yang keempat merupakan klimaks dimana diayat 21 Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia harus menanggung penderitaan bahkan mati namun bangkit di hari ketiga. Pikiran Allah ini tidak disukai Petrus dan berusaha menentang/menyangkal supaya itu tidak terjadi (ayat 22).

Lalu apa yang bisa kita terima sebagai kebenaran dan pengajaran lewat matius 16 ini.

Pertama, kita memang harus sadar bahwa apa yang ada dalam pikiran kita hampir pasti selalu tidak sama dengan apa yang ada dalam pikiran Allah bahkan kita tidak mengerti benang merah rencana Allah untuk kita.

Kedua akan ada selalu miskomunikasi. Ketika Yesus merespon pikiran kita, maka kita akan bingung karena responnya tidak bisa langsung kita terima dengan akal pikiran kita. Itu sebabnya ajakan firman Tuhan untuk fokus datang kehadiratNya , mencari wajahNya dan merenungkan firman siang dan malam akan membuka tembok miskomunikasi kita dengan Dia.

Ketiga, jangan cepat puas atau bertepuk tangan karena kita menduga kita sudah mengenal pikiranNya. Petrus bahagia karena dia berhasil menjawab benar pertanyaan Yesus bahwa Yesus adalah anak Allah, tapi kemudian ditegor keras oleh Yesus karena tidak rela Yesus harus mati. Tetap rendah hati, dan terus mencari wajahNya dan bergaul karib denganNya membuat kita tetap aman dalam lindungan dari panah iblis yg mencoba menerobos pertahanan ketika kita lengah.

Keempat dikatakan di ayat 24: "Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."
Penyangkalan diri dari keinginan duniawi, dan fokus pada karya keselamatan dan pekerjaan Allah menyelamatkan dunia ini, itu yang diminta untuk selalu kita pikirkan, karena ini juga pikiran Allah.

Selasa, 15 Maret 2011

Renungan. Matius 15. Remah-remah saja sudah cukup.

Remah-remah adalah sisa-sisa roti dalam bentuk pecahan (hancuran) yang terbuang setelah roti habis dimakan. Ujung-ujungnya remah-remah itu akan disapu ketika membersihkan meja dan kemudian dibuang. Sisa, jadi sampah, dan terbuang. Pernahkah kita menginginkan bagian remah-remah untuk menopang hidup kita. Tidak pernah sama sekali. Ajaran yang diberikan orang tua kita adalah raihlah cita-cita setinggi langit, rajin pangkal pandai, kalau minta maka mintalah yang terbaik, jangan rendahkan dirimu.

Kali ini kita belajar bagaimana sikap rendah hati yang diperlukan untuk hidup yang berkenan kepada Tuhan.

Seorang ibu yang 'tidak layak' yang punya masalah yakni asalnya kanaan dan mempunyai putri yang sakit dan kerasukan setan (matius 15:22 "Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita."). Asal perempuan ini dari Kanaan, suku yang direndahkan oleh bangsa Israel. Kita ingat ketika Yosua membawa bangsa Israel manaklukkan kanaan dimana bangsa kanaan harus dihancurkan sesuai perintah Allah.

Perempuan yng berciri kanaan ini segera diketahui oleh murid2 Yesus dan segera meminta Yesus untuk menyingkirkan perempuan itu, tentu karena status nya yang rendah (ayat 23). Yesuspun mengiyakan saran murid-muridNya dan meminta perempuan itu untuk tidak mengganggu Dia (ayat 24, "Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.").

Betapa mengecewakan. Mungkin kita sering ditolak oleh orang atau lingkungan pergaulan kita, namun bagaimana kalau ditolak Yesus? Sedih bukan main. Kita bukan suku Israel (jasmani) sama seperti perempuan itu yang bukan juga dari suku Israel. Kita pun layak untuk tidak diterima Tuhan karena alasan tersebut bahkan karena pelanggaran dan dosa kita.

Lebih keras lagi Yesus mengatakan di ayat 26, "Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.". Sepintas perkataan Yesus memang keras, tapi kalau kita tilik perkataan Nya tidak seluruhnya bermaksud meniadakan peluang bagi perempuan itu. Tidak patut dalam bahasa aslinya, it is not good(beautiful) yang berarti ada peluang dan tidak tertutup sama sekali. Yesus menguji iman perempuan tersebut dengan menggunakan kelemahannya sebagai perempuan dari suku yang rendah.

Seringkali juga dari latar belakang kita, atau pendidikan, relasi sosial kita merasa direndahkan padahal itu bisa menjadi ujian untuk memacu kita lebih baik. Kita cepat menilai diri kita rendah karena latar belakang itu.

Perempuan itu kalau tetap merasa rendah karena ke-kanaan-nya itu tentu akan segera membalik diri dan pulang mendengar perkataan Yesus. Namun ia tidak demikian. Apa kemenangannya?

Perempuan itu manangkap peluang. Dia serius mendengar perkataan Yesus sekalipun perkataan itu keras. Dia bisa peka melihat isi hati Yesus, bukan hanya perkataan saja. Dia melihat bahwa Yesus hanya menguji saja. Kemudian dia menjawab di ayat 27, "Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.".

Sekalipun dia dikatakan anjing (olokan orang israel kepada kanaan) namun dia tetap ngotot bahwa masih ada remah-remah yang bisa dimakan oleh anjing. Luar biasa. Dia meminta hak, bahwa walu hanya anjing, tetap punyak hak untuk makan (yang sisa).

Menghargai hidup yang diberikan sang pencipta adalah pembelajaran buat kita. Anjing juga punya hak hidup apalagi kita sebagai manusia. Karena kita diberikan hidup, maka sipemberi hidup akan menyediakan kebutuhan yang diperlukan untuk hidup yang benar.

Tidak menyerah, mencari peluang, bertahan dan terus nempel pada sipemberi berkat, sekalipun dimata masyarakat dinilai rendah, adalah inti cerita iman perempuan kanaan ini. Itu yang membuat Yesus sangat berkesan dan berkenan memberik berkat kesembuhan dan keselamatan seperti terlihat di ayat 28, "Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.".

Kita belajar untuk tidak menyerah dan selalu datang kepada Allah dalam Yesus. Sekalipun Dia adalah yang paling sibuk mengatur ciptaan jagat raya ini, Dia masih dan selalu punya waktu untuk kita yang tidak menyerah dan datang terus kepadaNya.

Kamis, 10 Maret 2011

Renungan. Matius 15. Memberitakan yang benar

Membaca kesaksian seorang putri remaja Angelica di web tentang bagaimana Tuhan membawa dia selama 23 jam melihat surga dan neraka (http://jesusisloveus.blogspot.com/2011/03/kesaksian-18-persiapan-dirimu-untuk.html), salah satu bagian kesaksiannya adalah menyaksikan alm seorang paus (saya tidak perlu menyebut namanya) ada di neraka. Angelica begitu kaget dan bertanya kepada Tuhan mengapa paus itu ada di neraka. Tuhan Yesus menjawab: "Ya, Putri, ia mungkin telah mengatakan banyak hal, tetapi ia tidak pernah berbicara kebenaran seperti yg ada. Ia tidak pernah mengatakan kebenaran dan mereka tahu kebenaran dan meskipun ia tahu kebenaran, ia lebih menyukai uang daripada berkhotbah tentang keselamatan. Ia tidak akan menawarkan kenyataan; tidak akan mengatakan bahwa neraka itu nyata dan surga juga ada; Putri, sekarang dia ada di sini di tempat ini." (Saya kutip kalimatnya utuh).

Membaca kesaksian ini kita merinding dan takut bahwa apa yang terlihat diluar begitu indah, kudus namun pada kenyataannya semua tipu daya. Kebenaran yang dituntut pada seseorang pemimpin rohani apalagi pada kita yang mengaku beriman dan menjadi murid Yesus, namun tidak menyaksikan kebenaran sesuai firman Tuhan, maka neraka menjadi tempat tujuannya.

Di Matius 15:8-9: "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia., juga ayat 14, Yesus berkata "Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang." dan ayat 18,19: "Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat."

Yesus mengeluarkan pernyataan ini karena kaum farisi mengkritik Yesus dan murid2Nya tidak taat dng adat Yahudi seperti tidak mencuci tangan sebelum makan (ayat1), namun Yesus melihat hati mereka yang gelap karena motivasi mereka mengkritik itu semata-mata mau mencari kesalahan Yesus. Yesuspun menyampaikan kepada mereka bahwa sebagai pemimpin mereka tidak menyampaikan kebenaran firman Tuhan seperti menghormati orang tua dengan merawat nya daripada menyepelekan orang tua demi menuruti adat dengan alasan uang yang ada padaku sudah diserahkan utk persembahan kpd Allah (ayat 5 dan 6).

Munafik (ayat 7), ini yang Yesus ekspresikan ketika melihat kita seakan-akan taat pada firman Tuhan, namun sebenarnya kita menggunakan firman Tuhan untuk membuat kejahatan, demi kehormatan manusia (pekerjaan manusia, ayat 9).

Kembali pada kesaksian Angelica, Tuhan memperlihatkan bahwa Neraka itu nyata, senyata Surga, dan membaca detil kesaksian tersebut betapa saya dan mungkin saudara masih mungkin dan bisa tersandung dan tersesat ke neraka kalau kita tidak sungguh-sungguh mentaati firman Tuhan dan memberitakan kebenaran ini kepada setiap orang.

Selamat merenung dan bertindak.

Minggu, 06 Maret 2011

Renungan Matius 14. Takut yang menyebalkan

"Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!""Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus." "Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!"" (Matius 14:26-30)

Ada dua jenis ketakutan yang kita baca di bagian alkitab ini. Ketakutaan pertama adalah ketika murid-murid melihat sesosok 'mahluk' berjalan diatas air sementara mereka sedang panik juga dalam mengatasi kapal yang dihantam badai. Ketakutan ini didasari dari keterkejutan mereka yang tidak menyangka ada sesuatu bisa berjalan diatas air, dan hampir pasti bagi pelaut selalu mengarahkan kepada hantu. Ketakutan seperti melihat hantu itu membuat mereka berteriak, dalam bahasa aslinya to cry out loud artinya berteriak sangat keras.

Ketakutan kedua dialami oleh Petrus yang saat itu mungkin dengan bangga, heran dan terkejut dapat berjalan diatas air. Takut yang dialami oleh petrus ini mengambil kata yang sama dengan takut yang dialami oleh murid-murid seperti melihat hantu. Kata takut ini berasal dari kata asal 'phobeo' yg artinya to flight by terrifying (to scare away) = terbang ketakutan, atau terbirit-birit lari ketakutan. Jadi ketakutan ini adalah ketakutan yang sangat yang tidak sanggup lagi dihadapi, istilahnya kalau bisa pingsan saja deh.

Kita perhatikan murid-murid Yesus yang berpengalaman di laut tidak bisa mengandalkan pengalamannya itu untuk menghadapi sesuatu yang tidak diharapkan, sekalipun itu masih berada dalam lingkungan pengalaman mereka. Demikian juga Petrus yang sudah tahu bahwa sang Guru yang luar biasa berkuasa berdasarkan pengalaman hidup bersama, bahkan yang mengajak turun ke laut, tidak dapat menggunakan penngalaman dan pengetahuannya untuk mengatasi rasa takutnya.

Pengalaman dan pengetahuan tidak mampu menyelesaikan masalah ketakutan yang kita alami dalam hidup. Angin sakal maupun angin kencang yang ada disekitar murid dan petrus tidak akan disingkirkan oleh Yesus, sekalipun mereka adalah murid-murid Yesus. Allah membiarkan angin sakal dan angin ujian datang menghampiri kita. Bagaimana sikap kita.

Sebagai manusia, wajar kalau kita takut bahkan takut yang amat sangat. Ini fakta, buktinya murid-murid mengalaminya. Alkitab mengajari kita demikian. Takut tidak bisa dihindarkan. Namun takut yang demikian sangat menyebalkan kita sebagai murid yang harus punya tekad bertumbuh dan selalu bisa naik kelas.

Takut dapat membuat kita mengalihkan perhatian dari kasih dan anugerah Tuhan Yesus. Itu sebabnya Tuhan Yesus merespons ketakutan kita dengan 2 hal yakni janji:
- jangan takut
- hai orang kurang percaya mengapa engkau bimbang? (Ayat 31)
dan tindakan menolong yakni:
- memerintahkan angin untuk diam
- mengangkat petrus

Kita belajar bahwa takut karena suasana lingkungan yang tidak nyaman dapat membuat kita kehilangan fokus dan Tuhan tidak menyukai hal itu. Kita belajar bahwa mengatasi rasa takut hanya dengan datang kepada sang pemberi janji dengan jaminannya: jangan takut, jangan bimbang hadapi dengan tenang, Aku menyertaimu.

Rabu, 02 Maret 2011

Renungan Matius 14. Kerajaan dunia versus Kerajaan Surga

Pernahkan mendengar kerajaan dunia versus kerajaan surga. Mungkin belum. Kitab Matius pasal 14 ini sedikit menguraikan bagaimana kerajaan dunia pernah dihadapkan dengan kerajaan surga. Ayat 1 mengatakan "Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah." Herodes adalah raja diwilayah dimana Yesus ada dan baru di pasal 14 ini Herodes mengetahui siapa Yesus.

Herodes sudah mempelajari pekerjaan Yesus, mungkin dia juga mendengar dari orang banyak dan akhirnya dia menyimpulkan di ayat 2 "Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya."

Herodes sadar bahwa Yesus memiliki kuasa seperti menyembuhkan, membangkitkan dan lain-lain namun dia memperkirakan kuasa itu dari Yohanes pembaptis.

Anyway, Herodes sebagai seorang raja melihat bahwa Yesus bisa dipandang sebagai saingannya karena mempunyai pengaruh bagi kehidupan di kerajaannya.

Apakah terjadi perang antara kedua 'raja' tersebut. Hasilnya ternyata tidak. Diayat 13, "Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka." Yesus kemudian menyingkir dari wilayah kerajaan Herodes dan mengasingkan diri. Mengapa Yesus mengasingkan diri. Mengapa Dia tidak berhadapan dengan Herodes dan menegor Herodes karena sikap dan perbuatannya membunuh Yohanes lantaran tidak sanggup menolak permintaan putri tirinya agar Yohanes dipenggal kepalanya(ayat 8 dan 9). Bukankah fungsi kita juga menegur ketika sesorang melakukan kesalahan dihadapan Tuhan?

Sebagai perbandingan matius 14 ayat 13 kita bandingkan dengan Markus 6:31, "Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat."

Dari sini kita bisa merasakan bagaimana Yesus merasa tidak perlu berhadapan dengan Herodes karena ada prioritas lain yakni beristirahat sejenak dari kelelahan fisik, bahkan dari rasa lapar karena mungkin selama pekerjaan mereka belum sempat makan. Yesus berpikir, Aku akan kembali berhadapan dengan Herodes, tapi bukan sekarang. (Kita ingat Yesus kemudian berhadapan dengan Herodes setelah Dia ditangkap di taman Getsemane).

Apa prioritas Kristus. Renungan sebelumnya kita diajarkan perumpamaan Penabur, dimana kerajaan Allah seumpama benih yang ditabur di tanah yang baik. Benih harus masuk dalam tanah yang baik, bukan berbatu atau bersemak duri. Tanah. Itu yang menjadi prioritas Allah. Tanah yang baik adalah hati manusia yang siap menerima firman Allah.

Kita tahu setelah menyingkir, Yesus melakukan pekerjaan menggugah hati orang yang berbondong mengikuti Dia dan murid-muridNya sekalipun mereka harus berjalan memutar (lewat darat) sedang Yesus dan murid-murid dengan perahu (Matius 14:13). Dia menyembuhkan mereka, mengajar hal kerajaan surga dan memberi makan 5000 orang laki-laki.

Perhatikan Yesus lebih prioritas mengolah tanah (hati) yang baik yang ada pada orang-orang yang begitu haus dan lapar akan kebenaran sementara seorang raja besar yang mengusai puluhan bahkan ratusan ribu rakyat dibiarkan untuk tidak dijamah hatinya. Inilah otoritas Allah, namun juga merupakan pilihan manusia untuk memilih haus akan kebenaran.

Kerajaan Allah adalah menabur benih di tanah yang baik (hati yang haus kebenaran), sedang kerajaan dunia lebih mementingkan hati yang dibangun dengan keangkuhan, pementingan diri dan kehormatan.