Selasa, 19 April 2011

Matius 19:1-12. Perceraian, diterima?

Bacaan Matius 19:1-30

Membaca kehidupan Yesus dan teladanNya di bacaan ini ada tiga peristiwa yang terjadi dan dapat kita renungkan dan ambil pengajarannya demikian.

Yang pertama adalah di bagian Matius 19: 1-12, yang terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama di ayat 1 menceritakan Yesus selesai mengajar di tanah galilea dan berangkat menyeberangi sungai Yordan dan tibalah Dia di tanah Yudea. Banyak orang ikut dan mereka pun disembuhkan di tanah Yudea ini. Kita melihat bahwa orang banyak yang terus menguntit Yesus terdiri dari berbagai orang yang sakit dan sepanjang perjalanan proses kesembuhan terus berlangsung sampai tanah Yudea.

Bagian berikutnya adalah orang farisi kembali berdialog dan mencoba Tuhan Yesus. Kalau dilihat secara positif bahwa orang farisi ini sangat rajin mengikuti perjalanan Yesus dan terus belajar tentang siapa Yesus. Ini jauh lebih baik dibandingkan orang banyak yang mengikuti Yesus termasuk para murid. Mengapa? Karena mereka serius dan tekun mengikuti Yesus, menelaah semua yang Yesus ajarkan dan lakukan, berdialog dll. Kalau rombongan yang sakit mereka semata mencari kesembuhan, sedang para murid masih sering miskomunikasi dng gurunya dan bahkan sering lupa apa yang diajarkan sang guru.

Namun sayangnya motivasi dan tujuan orang farisi ini berbeda. Keseriusan untuk terus mengikuti adalah untuk menjebak dan mencari kelemahan Yesus.

Kali ini testing yang disampaikan mereka adalah soal perceraian. Mereka sadar dan tahu bhw perceraian itu tidak dikehendaki Allah tapi mereka juga tahu bahwa Musa telah membuat aturan untuk membolehkan cerai tanpa alasan, asalkan suami sudah menceraikan istrinya.

Yesus menjawab di ayat 5 dan 6: "Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Jelas bahwa perceraian itu tidak dikehendaki Allah, dengan alasan apapun. Karena sesuai jawab Yesus, perceraian tidak masuk akal karena pada awalnya kedua orang sudah berkomitmen dihadapan Allah sehidup semati dan Allah sudah melegalisirnya. Mana mungkin apa yang sudah dilegalisir Allah bisa diubah manusia. Jadi pernikahan ini tidak terkait dengan soal cinta-mencintai, atau soal ekonomi, atau soal kecacatan fisik/mental dan alasan-alasan terkait hubungan yang sudah tidak bisa cocok lagi dlsb, tapi ini soal status hukum yang telah disahkan Allah. Sekali sudah komit dihadapan Allah ya sudah, lasting forever.

Musa mengijinkan perceraian karena dia capek setiap waktu mendengar permintaan bangsa Israel yang mengajukan kasus perzinahan, hubungan yang sudah tidak cocok dll diantara mereka. Sebenarnya apa yang diputuskan Musa demi alasan ketertiban, kedamaian, dll sehingga membolehkan perceraian adalah salah dimata Allah, terutama karena motivasinya adalah karena keras hati atau kedegilan, seperti yang dibantah Yesus di ayat 7 dan 8. "Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian."

Lalu kemudian, di ayat 9 ada pernyataan Yesus yang seolah-olah mengijinkan perceraian, mari kita baca ayatnya demikian: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."

Menurut saya kalimat Yesus ini bukan mengijinkan perceraian tapi lebih kepada memberi solusi atas keputusan yang telah diberikan Musa terdahulu yakni mengijinkan perceraian. Yesus ingin menyampaikan bahwa kalau kalian bercerai yang sebenarnya tidak dijinkan Allah, maka kamu akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan alasan yang kamu pakai untuk bercerai. Kalau cerai alasannya zinah maka kamu pun yang merasa tidak berzinah tapi kemudian kawin lagi akan tetap dimata Allah berzinah.
Perempuan yang berbuat zinah tidak otomatis bisa diceraikan, dosa perempuan tersebut adalah dosanya kepada Allah. Sedangkan suami kalaupun menceraikan dan kemudian kawin lagi bisa dianggap zinah juga. Intinya tidak dibolehkan ada perceraian dengan alasan apapun.

Apa yang saya sampaikan ini tentu tidak semua orang menyetujuinya. Bahkan Yesuspun diayat 11 berhati-hati menyampaikan bahwa pernyataanNya ini tidak bisa semua orang memahaminya, demikian:
"Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja."

Saya tetap mendasari bahwa pernyataan Yesus di ayat 8, bahwa sejak semula Allah tidak mengijinkan perceraian, titik.

Ketika kemudian para murid tercengang dengan pernyataan Yesus mereka mengomentari di ayat 10 sbb:
"Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin."

Lebih baik jangan kawin daripada melanggar perjanjian dengan Allah. Jawaban yang masuk akal kan. Daripada muncul alasan selingkuh, zinah, hubungan tidak cocok, ekonomi tidak sanggup dll, lebih baik jangan kawin. Tetapi bagaimana dengan perintah Allah supaya manusia bisa berkembang banyak memperluas kerajaan Allah kalau tidak kawin. Lagi-lagi jawaban murid tidak nyambung, belum bisa melihat konsep atau visi Allah buat dunia dan apa peran mereka.

Itu sebabnya Yesus dengan bijaksana menjawab kekerdilan pikiran para murid bahwa ada yang dipilih tidak kawin krn bawaan dari lahir, ada yang tidak kawin karena faktor luar, dan ada yang tidak kawin karena faktor dirinya. Semua alasan itu bersumber pada Allah yang terlibat untuk memutuskannya. Perhatikan alasan Yesus bagi orang yang tidak kawin di ayat 12: "Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."

Secara umum perintah Allah agar manusia (laki dan perempuan )secara kodrati untuk kawin (bersatu daging) seperti disampaikan Yesus pada ayat 5 di atas.

Bersambung

Senin, 18 April 2011

Ayat dan konteksnya


Bacaan Matius 18: 11,18,19

Ketika kita mempelajari firman Tuhan yang ada di dalam Alkitab, maka perlu kita mengetahui latar belakang atau konteks dari firman yang kita baca itu.

Sebagai contoh dalam bacaan Matius 18 ini ada 3 buah ayat yang sering kita aplikasikan dalam setiap doa atau janji yang Tuhan berikan kepada kita, yakni:
1. Ayat 11: "Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang." Ini terkait dengan ayat 12: "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?
2. Ayat 18 : Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan, 3. Ayat 19: Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.

Ketiga hal diatas paling sering kita ingat, terutama poin yang ke 3 ketika kita berdoa, kita ucapkan ayat ini sebagai permintaan kepada Yesus untuk hadir ditengah-tengah persekutuan kita.

Demikian juga poin no 2 dimana kita pakai dalam doa permohonan akan sesuatu.

Namun kalau kita perhatikan dari bacaan matius 18 ini, maka ke tiga poin di atas ditulis terkait dengan relasi kita dengan anak dan saudara (masih sedarah).

Ayat 11 terkait dengan bagaiman pentingnya dimata Tuhan Yesus tanggung jawab kita menuntun dan mengajar anak2 (anak kita dll) mengenal ajaran-ajaran Yesus yang benar. Segala upaya kita kerahkan bahkan dengan menggunakan seluruh bagian tubuh kita untuk menjadi contoh dan teladan bagi mereka. Kalau tidak , lebih baik dipotong atau dikatakan Yesus menjadi tidak berguna.

Anak-anak adalah domba titipan gembala agung yaitu Yesus Kristus untuk kita (sebagai orang tua sekaligus gembala yang Tuhan tetapkan sbg wakilNya) gembalakan dengan benar. Lebih baik mencari 1 domba sesat dan tetap menjaga tidak ada satupun domba yang sesat.

Ayat 18 sering kita pakai ketika kita berkumpul dan memohon Yesus hadir dalam perkumpulan itu, maka kita menggunakan ayat ini. Ini bukan sesuatu yang salah, tapi ayat ini keluar dari mulut Yesus ketika ada persoalan antara bersaudara. Bagi Tuhan Yesus saudara kitapun harus kita perhatikan dan supaya jangan tersesat karena pembiaran atas kesalahannya (lihat ayat 15: "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.").

Tanggung jawab kita juga penting untuk membawa saudara tetap dalam jalur kebenaran. Disini Yesus berperan aktif (mintalah maka Aku akan hadir) untuk intervensi menolong kita menyelesaikan masalah tersebut. Bahkan pekerjaan kita ini khusus dicatat di surga seperti yang dikatakan Yesus diayat 19, apa yang kamu ikat di dunia akan diikat di surga dan apa yang kamu lepas di dunia akan dilepas di surga. Maukah kita melepaskan saudara kita yang berdosa shg mereka tdk masuk sorga? Itu tantangan yang diberikan Yesus.

Kekuatan yang Tuhan berikan kepada kita adalah pengampunan seperti yang Petrus tanyakan kepada Yesus diayat 21:"Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"

Jadi, fokuslah utk menuntun anak2 dlm jalan Tuhan yang benar dan berusalah tetap mengingatkan saudara tetap di jalan yg benar.

Selasa, 12 April 2011

Renungan. Matius 18. Anak-anak dan Kerajaan Allah

Bacaan, Matius 18:1-10
1:"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?
2:Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka
3:lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
4:Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
5:Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.
6:Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.
7:Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.
10:Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga."

Yesus mengungkapkan bahwa layaknya seseorang dapat masuk kerajaan sorga bahkan mendapatkan status sebagai terbesar di kerajaan surga dengan kesediaan menerima/menyambut anak-anak dan merendahkan diri seperti anak-anak yang percaya kepada Yesus.
Sederhana sekali!

Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus maka perhatian kita kepada anak-anak juga penting dalam pengalaman hidup bersama Allah. Dalam bacaan ini kita diajarkan beberapa hal:
1. Memperhatikan anak-anak dengan mengajar yang benar tentang Yesus Kristus dan keselamatan. Tidak ada penyesatan. Jangan coba-coba menyesatkan mereka dengan menggunakan seluruh tubuh kita. Tangan bukan untuk memukul, kaki bukan untuk membawa mereka ke tempat2 yang tidak sesuai jalan Tuhan, mata untuk menunjukkan mereka akan hal2 yang tidak baik, dll. Lebih baik itu semua dipotong atau dibuang kalau dipakai untuk menyesatkan (ayat 8 dan 9).
2. Bersikap merendahkan diri seperti anak2 yang datang kepada Tuhan Yesus. Tidak memikirkan siapa yang terbesar disorga, atau menimbulkan pertengkaran karena ingin mendapatkan status di dunia, sikap egoisme yang membawa kesombongan, dll

Yesus mengatakan akan tetap ada penyesatan, tapi celakalah bagi mereka yang menyesatkan. Renungkan dan evaluasi diri apakah kita juga menyesatkan domba-domba Allah yang ada disekitar kita.

Rabu, 06 April 2011

Renungan Matius 17:24-27. Tunduk dan menghormati

Bacaan Matius 17:24-27
24:"Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?
25:Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?
26:Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya.
27:Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.

Cerita ini mengungkapkan isi hati Tuhan Yesus tentang kehidupan Kristiani di tengah dunia ini.

Pada masa Yesus ada kewajiban setiap warga negara harus membayar 'pajak' atau bea untuk bait Allah sebesar dua dirham. Jelas bahwa ada aturan setiap warga wajib membayar untuk mungkin perawatan bait Allah. Dari segi kegunaan saya pikir wajar saja, namun bila dipelajari lebih dalam bahwa para pemungut bea akan mengambil sebagian dari pajak itu untuk biaya kehidupan mereka.

Ketika Petrus ditanya apakah juga membayar pajak tersebut, jawab petrus iya.

Namun Tuhan Yesus memperhatikan jawaban petrus dan kemudian mengambil kesempatan untuk memberi pandanganNya. Yesus menguji petrus dengan beberapa pertanyaan:
1. Yesus menekankan bahwa ada dua jenis kerajaan yakni kerajaan dunia dan kerajaan Allah 2. Bahwa kerajaan dunia wajib menagih bea kepada rakyatnya didunia, dan Yesus setuju itu 3. Bahwa Yesus dan murid-muridNya adalah bukan warga kerajaan dunia tetapi warga kerajaan Allah yang digambarkan sebagai orang asing.
4. Jadi kalau mereka sebagai orang asing atau warga kerajaan Allah tidak harus tunduk dengan aturan kerajaan dunia 5. Namun karena numpang di dunia yang Tuhan Yesus istilahkan sebagai jangan menjadi batu sandungan, maka kita sebagai warga kerajaan Allah tetap harus membayar bea. Bukan tunduk kepada aturan dunia, tapi menghormati apa yang diatur di dunia, dan jangan menjadi contoh yang buruk sehingga tidak memberi kesaksian yang baik bagi orang lain sebagai pintu masuk orang mengenal kerajaan Allah dalam diri kita.
6. Untuk itu (agar tidak menjadi batu sandungan) Tuhan Yesus mengerahkan kuasaNya menolong kita agar bisa menjadi contoh bagi masyarakat lain 7. Dan ternyata kelebihan dari yang Tuhan berikan itu Tuhan ijinkan untuk kita pakai dalam hidup kita. Luar biasa kan

Jadi menyimpulkan apa isi hati Tuhan sebagai berikut:
1. Kita harus tetap sadar dan taat bahwa kita adalah warga kerajaan Allah bukan kerajaan dunia 2. Selama kita numpang di dunia Tuhan melengkapi kita untuk menghormati aturan yang ada, tapi bukan tunduk 3. Kelengkapan yang diberikan bisa seperti materi akan dipakai untuk menjalankan hidup kita agar menjadi teladan dan menjadi pintu masuk orang mengenal Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat.

Renungan Matius 17. Iman yang cepat puas

Bacaan: Matius 17:14-21
14: Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah,
15:katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air.
16:Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya."
17:Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!
18:Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga.
19:Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?
20:Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
21:(Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.)"

Ada sebuah cerita yang dikaitkan dengan bacaan hari ini.
Disebuah kota kecil di Amerika Serikat ada sebuah nightclub yang lokasinya ditengah kota. Karena kota kecil dan tidak ada toko yang menjual minuman maka nightclub ini menjadi tempat yang ramai dan ini mengganggu jemaat disuatu gereje yang lokasinya berdampingan dengan nightclub tersebut. Oleh sebab itu para anggota gereja tekun berdoa agar nightclub tersebut ditutup dari kota kecil mereka.
Tidak berapa lama kemudian nightclub tersebut terbakar habis karena petir yang menghantam dari langit. Oleh sipemilik nightclub yang tahu bahwa jemaat dari gereja tetangganya berdoa agar nightclubnya terbakar, kemudian menuntut ke pengadilan agar ada ganti rugi krn kecelakaan tersebut.
Apa yang dilakukan jemaat gereja adalah dengan menyiapkan pengacara di pengadilan.
Dari cerita ini digambarkan siapapun yang menang dipengadilan, dapat kita lihat bahwa si pemilik nightclub percaya doa jemaat gereja tsb menghasilkan kecelakaan yg dialaminya sedang jemaat yang menyiapkan pengacara tidak percaya dengan tuntutan yang tidak masuk akal tersebut. Ironis bukan.

Dalam bacaan kita di atas, Yesus menegur keras para muridNya yang tidak bisa menyembuhkan anak yang sakit, dengan mengatakan kepada mereka sebagai orang yang tidak percaya dan sesat.

Latar belakang cerita kita ini adalah Yesus sedang di gunung bersama 3 orang murid yang Dia pilih :Yohanes, petrus dan yakobus(ayat 1-13). Berarti ada 9 murid yang tetap tinggal di bawah di kaki bukit. Rupanya selama Yesus dan 3 muridNya di gunung ada seorang bapak yang membawa anaknya yang sakit kepada murid-murid itu. Kenapa si bapak tidak menunggu Yesus turun dari gunung? Mungkin dia sudah tidak sabar menunggu dan situasi anaknya yang cukup parah. Mungkin juga karena dia tahu bahwa para murid bisa menyembuhkan. Kita ingat di matius 10:1 dimana Yesus memberi kuasa kepada para murid untuk menyembuhkan: "Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan."
Dan juga para murid sudah bertindak sesuai dengan kuasa yang diberikan seperti tergambar di lukas 9:6 :"Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat."
Maka si bapa sudah mengetahui bahwa para murid punya kuasa untuk menyembuhkan, jadi dia datang untuk minta kesembuhan. Namun apa yang terjadi? Ternyata anaknya tidak sembuh.

Menndengar cerita ini Tuhan Yesus memarahi mereka dan kecewa karena mereka tidak percaya akan kuasa dari Yesus yang artinya tidak percaya bahwa Yesus adalah anak Allah yang hidup seperti yang dikatakan Petrus sebelumnya. Mereka juga dikatakan angkatan yang sesat berarti sampai saat itu mereka tidak menerima dalam hati pengajaran Yesus yang benar, bahkan mungkin mereka menerima ajaran atau argumentasi dari lingkungan mereka. Kita sudah melihat bagaimana Yesus menegur mereka karena kebebalan mereka padahal mereka menyaksikan Yesus yang menyembuhkan, membangkitkan , berjalan diatas air dll.

Yesus berkata kalau imanmu sebesar biji sesawi maka dengan iman sebesar itu (biji sesawi adalah biji yang paliing kecil )engkau dapat memindahkan gunung. Pointnya adalah bukan besar kecilnya iman yang dimiliki seseorang, tapi seperti yang selalu dikatakan Tuhan Yesus kepada muridNya: hai kamu yang tidak beriman, tapi ada iman atau tidak percaya.

Seperti ilustrasi diatas, kita banyak 'bergaul' dengan Kristus lewat kegiatan ibadah hari minggu, persekutuan, paduan suara dan pelayanan lainnya, namun rupanya ini tidak otomatis menambah iman kita, bahkan iman kita terus berkurang kalau kita berkompromi dengan ajaran2, norma2 dan tata tertib yang kita terima yang tidak sadar melemahkan iman kita. Para murid yang diberi urapan kuasapun melemah imannya sejalan dengan waktu. Memang faktor sekitar kita dapat mempengaruhi fokus kita kepada Allah dan secara tidak sadar melemahkan iman kita. Kesombongan karena mampu menyembuhkan dam mengusir setan dapat mempengaruhi para murid yang kemudian lalai untuk disiplin seperti berpuasa dan berdoa (ayat 21).

Pilihan ada ditangan kita

Minggu, 03 April 2011

Renungan Matius 17. Kemuliaan bersama Yesus

Bacaan:
1:"Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.
2:Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.
3:Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
4:Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.
5:Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.
6:Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan.
7:Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!"
8:Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri.
9:Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.
22:Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan."
23:Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali.

Yesus memilih 3 orang murid yang paling Dia percaya: Petrus, Yohanes dan Yakobus untuk naik ke gunung untuk meeting dan menyaksikan hal yang penting. Yesus bertransformasi, bahasa aslinya metamorfosa, berubah bentuk berubah ujud menjadi penuh kemuliaan, glori. WajahNya bersinar seperti matahari dan pakaiannya bersinar. Pertemuan ini sangat penting karena yang hadir adalah nabi yang terangkat kesurga, Musa dan Elia. Apa isi pertemuan itu? Kita hanya bisa menduga-duga. Yang bisa dikaitkan isi pertemuan ini adalah di ayat 22 dan ayat 23, ketika Tuhan Yesus menceritakan kepada para murid akan datangnya masa sulit yakni Yesus disiksa, disalib dan mati dan hari ke tiga bangkit. Kelihatannya pertemuan ini membicarakan persiapan Yesus harus masuk jalan via dolorosa, jalan salib dan ini sudah dikonfirmasi oleh Allah melalui kehadiran nabiNya.

Bagaimana sikap 3 murid di gunung menyaksikan transformasi Yesus. Mereka terkejut tapi bahagia (ayat 4). Kebahagiaan bersama Yesus yang sebenarnya penuh kemuliaan adalah pencarian kita semua seperti apa yang dirasakan ke tiga murid. Membuat kemah agar bisa tinggal selamanya bersama Yesus yang penuh kemuliaan adalah target setiap umat yang rindu bebas dari segala persoalan di dunia. Namun Yesus menolaknya. Mereka punya tugas di depan, mereka harus turun gunung untuk menjalankan visi Allah menyelamatkan isi dunia ini.

Keindahan bersama Yesus bisa kita alami dalam persekutuan denganNya yang berisikan penyembahan, doa dan pujian setiap hari. Itu saja belum semua. Setelah itu kita harus turun gunung, berkarya, menjadi saksi dan memberitakan Kristus sebagai juruselamat dunia.