Kamis, 19 Mei 2011

Renungan Matius 19. Berbuat baik? tidak cukup!

Bacaan Matius 19:16-30

16:Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
17:"Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.
18:"Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19:"hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
20:"Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"
21:"Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
22:"Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
23:Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga."
24:"Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."
25:Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"
26:"Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "
27:Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?"
28:"Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel."
29:"Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal."
30:"Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Renungan:
Dialog Yesus dengan seorang anak muda diawali dengan seruan kepada Yesus: good Master, what good thing  shall I do, that I may have eternal life, atau Guru, perbuatan baik apa yg harus saya perbuat utk memperoleh hidup yg kekal.

Anak muda ini berseru dengan keras, Guru yang baik... Sebutan guru yang baik padahal anak muda ini tidak mengenal Yesus dengan baik, menimbulkan kesan basa-basi dan rada sombong karena mungkin dia pikir dia sudah baik sesuai ukuran nya.. Memang anak muda ini mempunyai latar belakang yang cukup mentereng dari ukuran dunia dan akhirat. Kaya, masih muda, pintar, populer, suka memberi sedekah, tidak berzinah apalagi membunuh, bersih dari korupsi atau berbohong(politik), hormat pada ayah dan ibu. Pokoknya semua perintah taurat sdh dijalankan.

Bangga karena bisa mentaati hukum Tuhan adalah wajar, dan meminta pendapat Yesus akan apa yang telah diraihnya untuk mendapat pujian adalah wajar juga.

Lalu apa reaksi Yesus. Yesus merespon sikap anak muda ini dengan melihat isi hatinya bukan kulitnya. Yesus memulai dengan bertanya apakah anak muda sudah menjalankan hukuk taurat, dan jawab anak muda itu luar biasa. Dengan tegas dia mengatakan sudah menjalankan perintah taurat dengan baik.

Harapan anak muda adalah Tuhan Yesus akan memuji dia di depan para murid, yang tentu saat itu berkecil hati melihat prestasi nya. Ada rasa minder.

Namun Tuhan adalah Tuhan, semua yang manusia jalankan walaupun kelihatan sudah baik, tetap tidak cukup karena yang baik hanya satu yakni Allah sendiri. Ini yang menjadi fokus perhatian kita. Apapun yang kita lakukan di dunia ini dengan segala kebaikannya tetap ada noda di dalamnya. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang tidak berdosa, semuanya berdosa, demikian dinyatakan dalam roma 3:23.

Bagi kita kebaikan yang sudah dan terus kita lakukan adalah terbatas dan itu karena anugerah Tuhan , bukan karena kekuatan dan kemampuan kita. Jadi, tidak ada yang perlu dibanggakan dihadapan manusia, apalagi dihadapan Allah karena Allah melihat hati, bukan perbuatan kita.

Ketika Yesus menyampaikan satu perintah yang berat yang harus dilakukan anak muda itu agar bisa memperoleh hidup yang kekal, yakni menjual semua harta dan mengikut Yesus, maka ketinggian hati/kebanggaan yang sudah dipelupuk mata dalam bentuk pujian, menjadi musnah berkeping-keping. Anak muda itu sedih, bahasa inggrisnya sorrowful yang artinya sedih yang mendalam. Dan ini intinya, Yesus bisa mengatakan kepada kita bahwa satupun dari kita tidak bisa sampai kepada Bapa kecuali melalui Yesus yakni mengikut Dia. Penghalang untuk datang kepada Yesus adalah harta, hobby, apa yang kita sayangi di dunia ini, bisa isteri,suami,anak2. Ketika mengikut Yesus, serahkan diri kita secara penuh untuk mengikut Yesus.

Apakah berarti bahwa kita tidak perlu makan, berpakaian, bekerja, bergaul, berkeluarga dan lain-lain. Bukan disitu kebenarannya. Firman Tuhan carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.

Anak muda itu tidak memahami arti sebenarnya dari pernyataan Yesus.
Bagi Tuhan, ketika kita lebih mengidolakan benda, hidup dibandingkan kepada Tuhan maka itu yang ditegur Tuhan, ini juga sama dengan hukum Tuhan, kasihilah Allahmu dengan segenap hati, dan seluruh akal budimu.

Sekalipun ini jelas maksud pernyataan Yesus, namun bagi para murid tetap pernyataan Yesus itu mencengangkan mereka yang terbaca di ayat 25. Logikanya tidak akan ada satupun manusia yang bisa masuk sorga. Itu sebabnya logika tersebut disambung dengan logika Allah, bahwa hanya Allah sendirilah yang dapat menyelamatkan manusia, dengan turun kedunia menjadi hamba bahkan lebih rendah dari hamba untuk mati dan menebus dosa manusia sehingga manusia dapat diselamatkan ketika percaya kepadaNya.

Para murid mendapatkan atensi dari Yesus dengan mengatakan bagi manusia tidak mungkin tapi bagi Allah itu (keselamatan) adalah mungkin, asal manusia bergantung sepenuhnya kepada Nya.

Petrus lalu membuat perhitungan dengan meminta klaim kepada Yesus, karena sudah menjual hartanya dan mengikut Yesus. Yesus melihat hati petrus yang tulus dan menjanjikan kepadanya dan kepada kita semua: memerintah di surga bersama Yesus, dan di dunia menerima berkat seratus kali lipat dan di surga, menerima hidup yang kekal. Kembali ini harus di-imani dalam bentuk bergantung sepenuhnya kepada Allah, bukan karena menurut perhitungan akal pikiran kita.

Senin, 09 Mei 2011

Renungan Matius 19. Seperti Anak-anak


Bacaan Matius 19:13-15
13:"Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu."
14:"Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga."
15:"Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ."

Dialog singkat Yesus dengan para murid dan penonton yang ada disitu merupakan lanjutan dari prinsip pernikahan yang disampaikan Yesus.
Kita membaca di ayat sebelumnya bahwa pernikahan itu bukan dilandaskan pada soal cinta, ekonomi, perjodohan, dll, tapi yang dilihat Allah adalah suatu janji dihadapan Allah untuk meninggalkan orang tua dan bersatu daging membentuk keluarga baru. Perjanjian ini kekal tidak bisa dipisahkan oleh manusia, artinya tidak ada istilah perceraian dimata Allah.

Setelah itu secara kebetulan ada anak-anak yang dibawa orang (tuanya) kepada Yesus. Yesus menggunakan momen ini untuk mengajarkan kepada setiap orang bahwa menjadi seperti anak-anak (bukan menjadi anak-anak) adalah jalan menuju kepada kerajaan surga.
Yang dimaksud menjadi seperti anak-anak adalah memiliki karakter seperti anak-anak. Saya melihat yang menonjol dari karakter anak-anak adalah bergantung sepenuhnya kepada ayah/ibu karena sadar akan keterbatasannya. Ini yang diminta Allah terutama pada kehidupan pernikahan antara suami, istri dan keluarga.

Sikap suami pertama adalah membawa seisi keluarganya untuk diselamatkan. Karena ada firman Tuhan, kalau kau percaya dan diselamatkan maka seisi rumahmu pun diselamatkan (Kis 16:31). Pengertian ini tidak serta-merta seisi rumah diselamatkan, tapi ada upaya membawa seisi rumah mengenal Yesus dan percaya dan dibaptis.

Demikian Yesus kemudian memberkati anak-anak, mengajarkan kita untuk memberkati anak-anak kita setiap waktu.