Minggu, 13 Februari 2011

Renungan Matius 12. Benar dan Salah

Siapa yang bisa menentukan benar dan salah? Manusia dari kodratnya punya hasrat untuk membenarkan dan menyalahkan. Yang marak akhir-akhir ini misalnya aliran agama yang tidak sesuai dengan agama utamanya di cap sesat dan tidak layak menggunakan nama agama utamanya. Kita semua cenderung memberi nilai benar dan salah, karena itu adalah nilai yang akan kita pakai meneruskan hidup di dunia. Kalau kita katakan benar maka akan kita jalankan, kalau kita nilai salah maka akan kita hindarkan. Hidup ini begitu kan, karena manusia sendiri yang menentukan jalan hidupnya. Nah bagaimana supaya kita belajar menilai lebih kehati soal kebenaran dan kesalahan, mari kita baca matius 12:1-8. Ayat 1 menceritakan pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum dan karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Sederhana kegiatan ini tapi dampaknya luas. Sabat adalah hari istirahat, ada banyak larangan di hari sabat. Sebagai contoh ada 39 larangan bekerja pada hari sabat yang ditetapkan oleh para Rabi Yahudi di kitab Talmud(http://www.religionfacts.com/judaism/holidays/shabbat.htm). Jenis kerja misalnya memasak, mencuci pakaian, membangun, memperbaiki, menulis, menyalakan api, memotong, memancing,  dll termasuk berpindah(naik mobil), panjat pohon. Kalau kita lihat yang pertama/dasar untuk menilai suatu hal benar atau salah adalah karena ada rules atau larangan atau perintah. Ini adalah nilai dasar yang dibuat oleh manusia, kelompok manusia. Sehingga bagi yang melanggar nilai tersebut adalah dinyatakan salah dan bila dilaksanakan maka dinyatakan benar.
Apa sikap murid-murid Yesus ketika lapar pada hari sabat. Mereka memetik bulir gandum dan memakannya. Apakah salah? Salah menurut orang Yahudi(aturan hari sabat). Kalau anak kita melanggar perintah kita, apa sikap kita. Sama seperti orang Yahudi menyatakan bahwa itu salah. Yesus juga menyadari bahwa apa yang dilakukan murid-muridnya adalah melanggar aturan sabat tapi dengan tegas Yesus menyatakan bahwa mereka tidak bersalah. Hmmm tentunya kita akan mencampuri diskusi itu dan berkata kepada Yesus, ntar dulu biar pengadilan yang menetapkan salah atau benar. Setiap orang bisa menafsirkan berbeda akan sikap Yesus ini. Kita tinggalkan dulu soal salah benar murid Yesus yang melanggar sabat. Kita baca ayat 3-6. Yesus sadar bahwa Dia dan murid-muridNya akan diserang oleh Yahudi lainnya. Itu sebabnya Dia benar-benar tahu bagaimana menyiapkan dasar-dasar atau nilai penting untuk melengkapi nilai benar atau salah yang terkait dengan pelanggaran aturan. Apa itu?  Nilai belas kasihan dan nilai pengetahuan. Saya uraikan dulu soal nilai pengetahuan atau knowledge. Nilai ini sangat penting karena apa yang membentuk nilai peraturan adalah nilai pengetahuan. Pengetahuan ini tidak statis tapi dinamis, kontekstual, wisdom, komunal, berubah dengan perjalan sejarah. Sejak aturan sabat dibuat Yesus mempelajari(menambah pengetahuan) adanya beberapa kejadian sebagai preseden tentang pelanggaran di hari sabat karena terpaksa. Daud dan pengikutnya kelaparan dan makan di hari sabat (ayat3,4) juga para imam melanggar sabat tapi tidak bersalah(5). Yesus memiliki pengetahuan ini untuk memberi pandangan dan meruntuhkan tembok kekakuan (fundamentalis) dari orang-orang yang picik yang berprinsip pokoknya harus begini/begitu. Orang-orang ini sebanarnya tidak tahu lengkap aturan karena tidak/kurang berpengatahuan. Bayangkan kalau orang-orang seperti ini yang diberi wewenang mengawal aturan. Terjadi otoritanisme. Nilai kedua yang dibawa oleh Yesus adalah belas kasihan. Nilai ini merupakan primus dari ajaran Yesus, pengampunan dan keselamatan bagi isi dunia ini. Pengampunan tidak dikenal dalam pengadilan manusia apalagi pengampunan yang membebaskan seseorang dari segala pelanggarannya. Dalam dunia maskulinitas (sebab dan akibat) keberadaan Yesus yang lebih feminitas tidak diakui dan diterima. Feminitas Yesus adalah karena (anugrah)- maka(diampuni). Salah dan benar membuat dunia ini guncang karena peperangan, konflik antar agama, kehancuran keluarga, dendam dll. 
Maka kedua nilai yang disampaikan Yesus yakni pengetahuan dan belas kasihan menjadi pembungkus dari nilai aturan(ayat 6-8). Belajar lah terus tapi tidak menjadi sombong dan giatkan terus dalam hati sifat belas kasihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar