Selasa, 22 Februari 2011

Renungan Matius 13. Perumpamaan

 Di pasal 13 ini Yesus mengajar tentang kerajaan surga lewat perumpamaan. Apa itu perumpamaan. Dalam alkitab bahasa inggris kata perumpamaan adalah parable atau dari asal kata ibrani parabole yang defenisinya adalah sbb (www.sabda.org):
- penempatan suatu hal/benda pada sisi benda yang lain (seperti kapal2 dalam satu armada)
- dimetaforakan sebagai suatu perbandingan, untuk membandingkan satu hal/benda dengan lainnya, mencari kesamaan atau kemiripan.
- satu contoh untuk memberikan ilustrasi atas suatu doktrin/ajaran
- suatu narasi (cerita/uraian), fiksi namun  sesuai dengan hukum atau norma kehidupan dalam kaitan dengan pekerjaan manusia atau hal2 surgawi seperti sifat Allah atau sejarah kerajaan Allah.
-  suatu cerita rakyat dengan makna surgawi di dalamnya
- suatu amsal
- suatu tindakan dimana seseorang menghadapkan dirinya atau miliknya pada bahaya, petualangan atau resiko.

Ayat 3 "Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur." Disini Yesus mulai mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan. Latar belakang Yesus memberikan perumpamaan ada di ayat 10 ketika murid2Nya juga menanyakan hal yang sama. Yesus menjawab :"Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak."(Ayat 11). Dari jawaban Yesus ini maka kita dapat memahami dalam benak Yesus bahwa sebagian besar orang tidak tahu atau tidak akan tahu tentang rahasia Kerajaan Sorga. Artinya yang Yesus tekankan adalah rahasia (mysteries) atau bahasa ibraninya musterion yang artinya hidden thing atau hal-hal yang tersembunyi. Memang secara nalar sesuatu maksud yang tersirat sulit ditangkap ketika berkomunikasi. Kita ingat ketika pa Harto masih sebagai presiden RI para menteri atau bawahannya harus bisa menangkap maksud tersurat dan tersirat dari setiap perkataannya agar bisa 'survive'. Memaknai hal yang tersirat sangat dipengaruhi faktor budaya. Mengingat pa Harto dari budaya jawa, banyak orang yang belajar budaya jawa untuk mencoba memaknai apa yang ada di dalam hati beliau.

Kembali kepada cara Yesus berkomunikasi kepada orang Yahudi, tentu mereka satu budaya, namun Yesus melihat bahwa faktor utama sehingga orang Yahudi tidak dapat memaknai rahasia kerajaan surga adalah karena kekerasan hati mereka seperti yang Yesus sampaikan di ayat 13 "Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti."

Kekerasan hati dapat membutakan dan menulikan kebenaran atau pandangan lain pada seseorang. Kekerasan hati berbeda dengan keteguhan hati. Kita sebagai orang yang beriman harus teguh dalam memelihara iman kita, namun kalau hati yang keras cenderung fanatisme buta, tidak bisa melihat konteks dari kebenaran, tidak dapat menyesuaikan diri dengan suatu keadaan tanpa harus mengorbankan iman, tapi malah dapat mengoptimalkan iman tersebut. Suatu contoh sebagai murid Kristus kita dapat memaknai berilah makanan kami yang secukupnya dengan pemahaman punya uang hari ini harus dihabiskan hari ini, besok nggak usah dipikirkan. Tapi dengan iman yang sama kita dapat memaknai itu bukan soal menabung atau tidak( menabung itu perlu) tapi bisa kita pahami dengan arti tidak serakah, setia namun tetap berbagi.

Berapa kali kita membaca sikap Yesus yang dengan keras tentang kekerasan hati bangsa Yahudi. Di pasal-pasal sebelumnya bagaimana Yesus berusaha dengan cara baik maupun keras menegur mereka yang tidak mau membuka mata hati mereka atas pengajaran Yesus atau membuka mata telanjang mereka atas pekerjaan dan kuasa yang dipertunjukkan Yesus ketika melakukan mujizat.

Harapan Yesus lewat perumpamaan mereka bisa lebih mudah memahami karena budaya mereka sama. Cerita perumpamaan yang Yesus sampaikan pun tentang kehidupan sehari-hari rakyat Yahudi misalnya tentang penabur, tentang kebun anggur, tentang biji sawi. Ini sesuai dengan defenisi 'parable' diatas yang mencari suatu pembanding yang mirip tapi dengan latar belakang cerita kehidupan rakyat disana sehari-hari. Seharusnya makin mudah namun kenyataannya tidak.

Bagi kita yang sudah ada dalam jaman anugerah keselamatan, tentu lebih mudah memaknai perumpaan Yesus tersebut. Kita telah menerima Dia sebagi juruselamat kita. Sekarang tinggal bagaimana kita dapat mengerjakan dan memelihara perumpamaan yang diberikan itu dalam hidup kita. Belajar pengetahuan dari perumpamaan namun lebih dari itu menerima, meyakininya dan menerapkan nya dalam hidup sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar