Selasa, 15 Maret 2011

Renungan. Matius 15. Remah-remah saja sudah cukup.

Remah-remah adalah sisa-sisa roti dalam bentuk pecahan (hancuran) yang terbuang setelah roti habis dimakan. Ujung-ujungnya remah-remah itu akan disapu ketika membersihkan meja dan kemudian dibuang. Sisa, jadi sampah, dan terbuang. Pernahkah kita menginginkan bagian remah-remah untuk menopang hidup kita. Tidak pernah sama sekali. Ajaran yang diberikan orang tua kita adalah raihlah cita-cita setinggi langit, rajin pangkal pandai, kalau minta maka mintalah yang terbaik, jangan rendahkan dirimu.

Kali ini kita belajar bagaimana sikap rendah hati yang diperlukan untuk hidup yang berkenan kepada Tuhan.

Seorang ibu yang 'tidak layak' yang punya masalah yakni asalnya kanaan dan mempunyai putri yang sakit dan kerasukan setan (matius 15:22 "Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita."). Asal perempuan ini dari Kanaan, suku yang direndahkan oleh bangsa Israel. Kita ingat ketika Yosua membawa bangsa Israel manaklukkan kanaan dimana bangsa kanaan harus dihancurkan sesuai perintah Allah.

Perempuan yng berciri kanaan ini segera diketahui oleh murid2 Yesus dan segera meminta Yesus untuk menyingkirkan perempuan itu, tentu karena status nya yang rendah (ayat 23). Yesuspun mengiyakan saran murid-muridNya dan meminta perempuan itu untuk tidak mengganggu Dia (ayat 24, "Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.").

Betapa mengecewakan. Mungkin kita sering ditolak oleh orang atau lingkungan pergaulan kita, namun bagaimana kalau ditolak Yesus? Sedih bukan main. Kita bukan suku Israel (jasmani) sama seperti perempuan itu yang bukan juga dari suku Israel. Kita pun layak untuk tidak diterima Tuhan karena alasan tersebut bahkan karena pelanggaran dan dosa kita.

Lebih keras lagi Yesus mengatakan di ayat 26, "Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.". Sepintas perkataan Yesus memang keras, tapi kalau kita tilik perkataan Nya tidak seluruhnya bermaksud meniadakan peluang bagi perempuan itu. Tidak patut dalam bahasa aslinya, it is not good(beautiful) yang berarti ada peluang dan tidak tertutup sama sekali. Yesus menguji iman perempuan tersebut dengan menggunakan kelemahannya sebagai perempuan dari suku yang rendah.

Seringkali juga dari latar belakang kita, atau pendidikan, relasi sosial kita merasa direndahkan padahal itu bisa menjadi ujian untuk memacu kita lebih baik. Kita cepat menilai diri kita rendah karena latar belakang itu.

Perempuan itu kalau tetap merasa rendah karena ke-kanaan-nya itu tentu akan segera membalik diri dan pulang mendengar perkataan Yesus. Namun ia tidak demikian. Apa kemenangannya?

Perempuan itu manangkap peluang. Dia serius mendengar perkataan Yesus sekalipun perkataan itu keras. Dia bisa peka melihat isi hati Yesus, bukan hanya perkataan saja. Dia melihat bahwa Yesus hanya menguji saja. Kemudian dia menjawab di ayat 27, "Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.".

Sekalipun dia dikatakan anjing (olokan orang israel kepada kanaan) namun dia tetap ngotot bahwa masih ada remah-remah yang bisa dimakan oleh anjing. Luar biasa. Dia meminta hak, bahwa walu hanya anjing, tetap punyak hak untuk makan (yang sisa).

Menghargai hidup yang diberikan sang pencipta adalah pembelajaran buat kita. Anjing juga punya hak hidup apalagi kita sebagai manusia. Karena kita diberikan hidup, maka sipemberi hidup akan menyediakan kebutuhan yang diperlukan untuk hidup yang benar.

Tidak menyerah, mencari peluang, bertahan dan terus nempel pada sipemberi berkat, sekalipun dimata masyarakat dinilai rendah, adalah inti cerita iman perempuan kanaan ini. Itu yang membuat Yesus sangat berkesan dan berkenan memberik berkat kesembuhan dan keselamatan seperti terlihat di ayat 28, "Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.".

Kita belajar untuk tidak menyerah dan selalu datang kepada Allah dalam Yesus. Sekalipun Dia adalah yang paling sibuk mengatur ciptaan jagat raya ini, Dia masih dan selalu punya waktu untuk kita yang tidak menyerah dan datang terus kepadaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar