Senin, 28 Maret 2011

Renungan. Matius 16. Sikap Positif. Apa selalu?

Bacaan Matius 16:21-24.

21:Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.22:Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.23:Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.24:Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Kita sering diajarkan oleh hamba Tuhan, selalu berpikir positif dan mengarahkan pikiran akan kemenangan dalam menghadapi masalah, karena dikaitkan dengan janti Tuhan seperti rancangan Tuhan memberi damai sejahtera, imanmu akan mengubah hidupmu, dengan iman apa yang kita pikirkan maka itu yang jadi, dan lain-lain. Ada firman Tuhan bahwa kita harus selalu memikirkan yang baik, yang indah yang sedap didengar dan lain-lain.

Petrus menyikapi pernyataan Tuhan Yesus yang disampaikanNya kepada para murid di ayat 21 bahwa Dia akan menderita dan akan mati namun bangkit pada hari ketiga. Sebagai manusia tentunya ketika mendengar bahwa Yesus yang diakui oleh Petrus sebagai mesias, anak Allah yang hidup (ayat 16), Petrus shock dan respons dia "janganlah itu terjadi". Secara sederhana respons petrus sama seperti kita yakni berusaha memikirkan hal yang baik, positif dan sejahtera. Kita harus pikirkan itu dan doakan supaya itu bisa terjadi karena iman kita.

Petrus menyikapinya dengan wajar, namun apakah memang demikian? Sepintas memang sikap Petrus adalah hal yang positif, namun mengapa Tuhan Yesus marah besar dan menegur nya di ayat 23. Tuhan Yesus lebih melihat bahwa sikap Petrus dilandaskan pada ketakutan dan tidak percaya.

Renungan ini mengajarkan kepada kita untuk tidak selalu mengobralkan sikap yang seakan-akan positif, punya iman untuk menolak hal negatif supaya tidak terjadi dalam hidup kita, namun lebih dari pada itu, apakah motivasi itu karena ketakutan semata sehingga ucapan yang seakan positif itu hanya menjadi basa-basi yang keluar dari mulut kita.

Untuk melatih itu, kita diajarkan terus menerus memikul salib dan menyangkal diri. Tidak nikmat dengan nikmat duniawi yang kemudian menjadi takut kalau nikmat duniawi ini dicabut dari hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar