Kamis, 17 Maret 2011

Renungan. Matius 16. Yang dipikirkan Allah

Kita masuk dibacaan Matius pasal 16, suatu bab yang berisikan banyak dialog manusia (farisi, murid-murid) dengan Yesus (Allah). Klimaks dari dialog itu ada di ayat 23: "Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Yesus mengatakan kepada Petrus bahwa yang ada dalam pikirannya adalah apa yang dipikirkan manusia, bukan apa yang dipikirkan Allah.

Apa saja yang dipikirkan manusia dalam matius 16 ini.

Yang pertama ada di ayat 1: "Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka." Pikiran pertama adalah mau menguji kehebatan Yesus dalam bentuk tanda sorga. Salah nggak untuk meminta tanda sorga kepada Yesus? Tidak salah, namun yang salah adalah motivasi atau apa yang ada dalam pikiran mereka. Tanda yang mereka minta bukan untuk membuat mereka berubah atau percaya. Motivasi adalah hanya ingin tahu dan kemudian selesai, kalau perlu dikritik lagi bahwa tanda itu berasal dari iblis (lihat renungan sebelumnya).

Pikiran yang kedua ada di ayat 7 dan 8: "Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak membawa roti." Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya!"
Murid-murid berpikir bahwa maksud Yesus dengan berkata "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki"(ayat 6) adalah karena mereka lupa membawa roti. Miskomunikasi.
Yesus kesal? Ya rada-rada kesal. Dalam pikiran Yesus selalu tentang pekerjaan Allah menyelematkan dunia, dalam pikiran murid selalu kepentingan dan kebutuhan mereka saja. Apakah wajar murid-murid berpikiran begitu, saya pikir wajar. Sama seperti kita yang juga sibuk memikirkan diri, kebutuhan dan kepentingan kita di dunia. Namun apa yang wajar bagi kita ini tidak pas seperti apa yang dipikirkan Tuhan Yesus. Ketika Yesus mengatakan 'Hai kamu orang yang tidak percaya' maka makin bingung para murid. Mengapa kita disebut orang yang tidak percaya sedang kita hanya mikir bahwa mungkin maksud Guru karena kita lupa bawa bekal.

Pikiran yang ketiga ada di ayat 13: "Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?". Yesus ingin mengetahui dalam pikiran murid-murid tentang siapa diriNya. Sebagai guru wajar bagiNya mengetahui seberapa tahu mereka tentang siapa itu guru mereka. Kali ini pikiran Petrus sama seperti yang diinginkan Tuhan Yesus seperti dijawabnya di ayat 16 :"Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!". Apa respons Yesus, senang luar biasa sehinga Tuhan membuat komitmen/janji kepada Petrus di ayat 17,18: "Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya."
Inilah janji Tuhan yang telah digenapi dengan tumbuhnya gereja diseluruh dunia yang dimulai dari gereja santo petrus.
Kita perhatikan bahwa ketika Petrus menjawa sesuai pikiran Allah, maka jawaban itupun keluar atas perintah dan seijin Bapa di surga.

Pikiran yang keempat merupakan klimaks dimana diayat 21 Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia harus menanggung penderitaan bahkan mati namun bangkit di hari ketiga. Pikiran Allah ini tidak disukai Petrus dan berusaha menentang/menyangkal supaya itu tidak terjadi (ayat 22).

Lalu apa yang bisa kita terima sebagai kebenaran dan pengajaran lewat matius 16 ini.

Pertama, kita memang harus sadar bahwa apa yang ada dalam pikiran kita hampir pasti selalu tidak sama dengan apa yang ada dalam pikiran Allah bahkan kita tidak mengerti benang merah rencana Allah untuk kita.

Kedua akan ada selalu miskomunikasi. Ketika Yesus merespon pikiran kita, maka kita akan bingung karena responnya tidak bisa langsung kita terima dengan akal pikiran kita. Itu sebabnya ajakan firman Tuhan untuk fokus datang kehadiratNya , mencari wajahNya dan merenungkan firman siang dan malam akan membuka tembok miskomunikasi kita dengan Dia.

Ketiga, jangan cepat puas atau bertepuk tangan karena kita menduga kita sudah mengenal pikiranNya. Petrus bahagia karena dia berhasil menjawab benar pertanyaan Yesus bahwa Yesus adalah anak Allah, tapi kemudian ditegor keras oleh Yesus karena tidak rela Yesus harus mati. Tetap rendah hati, dan terus mencari wajahNya dan bergaul karib denganNya membuat kita tetap aman dalam lindungan dari panah iblis yg mencoba menerobos pertahanan ketika kita lengah.

Keempat dikatakan di ayat 24: "Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."
Penyangkalan diri dari keinginan duniawi, dan fokus pada karya keselamatan dan pekerjaan Allah menyelamatkan dunia ini, itu yang diminta untuk selalu kita pikirkan, karena ini juga pikiran Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar