Senin, 10 Januari 2011

Renungan Matius 6

Barusan terima imel dari teman yg kash ringkasan kotbag mg kmrn, nyambung dg renungan kt hari ini, semg mnjd berkat. What Does God Say about Our Worries? (Luk. 12: 22-34)Dr Sen Sendjaya Hidup kita sering dipenuhi kekuatiran. Kekuatiran bisa berbeda-beda pada tiap orang. Dalam perikop ini Tuhan Yesus membahas 3 bagian penting: a) Alasan mengapa kita kuatir; B) Bagaimana kita dapat lepas dari kekuatiran?; dan c) Implikasi dari hidup tanpa kekuatiran.Mengapa kita kuatir? Dengan cross-reference pada Matius 6, kita tahu bahwa pengajaran Tuhan Yesus tentang kekuatiran ada dalam konteks ‘Kotbah di Bukit’. Menarik bahwa dalam Lukas, cerita ditulis lebih lengkap. Saat itu, ribuan orang berbondong-bondong mengikut dan mendengar pengajaran Tuhan Yesus. Ketika IA mengajar, seorang pendengar menginterupsi-Nya dengan desakan agar Yesus menyuruh sanak-sodaranya berbagi harta warisan. Di luar dugaan Yesus membongkar masalah utama dari orang ini: Hati! Yesus melihat hati orang ini dan berkata, “Waspadalah terhadap keserakahan”. Yesus bukan membahas tentang apa yang terjadi di luar kita, namun apa yang ada di dalam hati kita. Karena keserakahannya, orang ini menjadi kuatir. Kekuatiran pada dasarnya adalah segala hal yang mengontrol hati kita. Semua masalah hidup kita sebenarnya bermuara pada hati kita. Inti dari kekuatiran adalah kita sedang berupaya mengontrol hidup dan masa depan kita. Manakala kita tidak dapat mengontrolnya, maka kita menjadi kuatir.Banyak orang, bahkan orang Kristen, kurang menyadari bahwa kekuatiran adalah dosa. Jerry Bridges menyaksikan betapa dosa ini sudah dianggap ‘lumrah’ bagi kita. Kekuatiran adalah dosa. Kekuatiran seolah berkata bahwa “Aku tidak percaya kepada Allah (Yang Berdaulat)” atau “Aku tidak percaya bahwa Allah mengasihiku”. Tuhan seringkali mendapat perlakuan semacam ini manakala kita kuatir. Hal ini tentu mendukakan hati Allah. Dalam kehidupan Martin Luther, istrinya pernah memakai jubah kabung dan ketika ditanya oleh Luther, ia menjawab “Allah sudah mati!”. Hal ini ia katakan karena kekuatiran yang begitu besar ada pada Luther.Bagaimana kita dapat bebas dari Bagaimana kita dapat bebas dari kekuatiran? Tuhan Yesus tidak sedang memberikan strategi apalagi tips tentang lepas dari kekuatiran. Sebaliknya, IA menyodorkan prinsip2 penting. Prinsip2 tersebut misalnya: Hidup ini lebih baik daripada makanan dan pakaian (ayat 23); Melihat Bunga Bakung dan Burung Gagak yang beroleh pemeliharaan Tuhan (ayat 24, 27); Kekuatiran tidak menambah sehasta pada jalan-hidupnya  – maksudnya tidak akan mengubah apapun / keadaan (ayat 25); Dan yang paling penting ada pada: Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah (ayat 31). Kata ‘Merrimnya’ yang dipakai untuk kekuatiran di sini berarti ditarik oleh dua arah yang berlawanan. Hidup Pengikut Kristus sering ditarik oleh Kerajaan Allah dan dunia secara bersamaan. Seharusnya, hidup orang Kristen hanya ditarik ke satu arah yaitu Kerajaan Allah. Kerajaan Allah berarti area dimana Allah bertahta dan berdaulat atas seluruh area hidup kita e.g., keluarga, bisnis, relasi, dsb. Diceritakan Yesus ada orang kaya yang merencanakan harta benda (atau sumberdaya) yang dimilikinya dengan seksama. Yesus berkata bahwa orang ini bodoh! Mengapa demikian? Adalah sebuah ironi karena ia begitu cermat merencanakan hidupnya yang hanya sementara di bumi (mungkin 70 atau 100 tahun), sementara tidak mempedulikan hidupnya di dalam kekekalan (bermilyar-milyar tahun bersama Allah!), yang jauh2 lebih penting. Jadi, setiap orang Kristen seharusnya terus mencari Kerajaan Allah - maksudnya berusaha agar lewat hidupnya orang semakin ‘melihat’ kemuliaan Kristus. Dengan kata lain, kemuliaan-Nya terpancar melalui hidup kita, termasuk dengan tidak lagi kuatir akan hari esok karena keyakinan akan pemeliharaan Tuhan. Jika kita kuatir kita seperti orang kafir – orang yang tidak kenal Allah (ayat 30)Selanjutnya, kata “Ditambahkan kepadamu...” (ayat 31) oleh D. A. Carson diulas sebagai berikut: Prinsip ini hanya berlaku bagi anak2 Allah; Allah berjanji akan mencukupkan necessity kita, bukan luxury kita; Dan ada perkecualian yaitu anak2 Allah yang memang secara khusus dipanggil (menurut kedaulatan-Nya) untuk menderita termasuk kelaparan demi kemajuan Injil Kristus.Apa implikasi hidup tanpa kekuatiran? Kita menjadi orang yang lebih murah-hati (generous). Murah hati dalam hal memberikan sumberdaya yang kita miliki misalnya uang, waktu, pikiran, tenaga, maupun hidup kita. D.A. Carson kembali membagikan bagaimana Kaisar Julian the Apostate di abad ke-4, yang gagal menekan Kekristenan malah terkagum2 dengan kehidupan orang2 Kristen yang sederhana namun dipenuhi oleh kemurahan hati dan saling memelihara. Tidak seorangpun dari orang Kristen menjadi pengemis pada saat ini karena yang seorang membantu yang lain. Mereka bahkan memelihara orang2 di luar mereka – dan hal ini mempermalukanTentu kita menyadari bahwa tidak mudah untuk bisa lepas dari rasa kuatir. Kita desperate karena tidak-mampu untuk tidak kuatir, karena kita masih berdosa. Kita tidak dapat bebas dari rasa kuatir dengan kekuatan kita sendiri. Itu sebabnya kita harus kembali kepada Injil Yesus Kristus. Hanya Yesus pribadi yang bebas dari rasa kuatir. Sementara IA berdoa agar dilepaskan dari jalan salib (dengan menanggung dosa kita), IA menyerahkan segala sesuatunya ke dalam kedaulatan Allah Bapa. Yesus telah melakukan hidup yang bebas dari perasaan kuatir. Kemampuan dan kemenangan inilah yang di-transfer kepada kita anak2 Allah. IA-lah yang mengangkat rasa-kuatir kita sehingga kita dapat menyerahkan segala sesuatunya kepada-Nya. IA telah melakukannya terlebih dahulu bagi kita.  Risma Christina Simanjuntak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar